PURWOKERTO, iNews.id - Seni permainan Ebeg sudah mengakar di Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah. Di tengah gempuran modernitas, kesenian ini nyatanya tetap diminati. Kesenian ini kerap dipentaskan, termasuk untuk meramaikan gelaran hajatan atau acara-acara tertentu.
Paguyuban atau kelompok Ebeg Wahyu Turonggo Jati di Kelurahan Pabuaran, Kecamatan Purwokerto Utara, Kabupaten Banyumas, semakin bersemangat latihan setelah Kesenian Ebeg ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda (WBTb) dalam kategori seni pertunjukan pada akhir tahun 2021 lalu.
Meski pandemi Covid 19 memaksa kelompok ebeg ini harus berhenti menggelar pertunjukan maupun latihan, namun setelah Banyumas masuk level 1 Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM), mereka mulai menggelar latihan untuk mengasah kemampuan anggota.
Mengingat dua tahun lebih mereka berhenti berkegiatan, tak pelak kerinduan untuk menggelar pertunjukan rakyat itu pun memuncak. Pelarangan pementasan ebeg bisa dipahami, karena dipastikan mengundang kerumunan massa sehingga dikhawatirkan menjadi sumber penularan Covid 19.
“Kami sudah mulai mengadakan pertemuan dan latihan dua kali, atau minimal sekali dalam seminggu, yaitu pada hari Selasa dan hari Jumat,” kata Sutrisno salah satu anggota Jumat (7/1/2021) kepada wartawan.
Menurutnya lama tidak pentas maupun latihan tentunya merugikan. Kelompok seni bisa terancam bubar jika tak pernah menjalin pertemuan. “Pertemuan rutin paguyuban bukan hanya untuk keperluan latihan. Di situ, silaturahim anggota terjaga. Mereka kerap membahas persoalan tentang kesenian Ebeg. Bagaimana pun, seni Ebeg memerlukan latihan rutin,” katanya
Karena terlalu lama tidak latihan, bukan tidak mungkin anggota lupa gerakan saat memainkan kembali kesenian itu. Semakin lama tidak dipentaskan juga akan mengancam kelestarian kesenian lokal itu sendiri.
Namun ditengah sepinya latihan maupun pentas, para pengurus lantas tidak diam. Ketua Kelompok Slamet Wagiatmo, terus mencari terobosan agar kelompoknya tetap eksis. Ia mengajukan permohonan kepada Kemensos melalui Program Forum Keserasian Sosial, untuk mendapatkan bantuan guna memperbaharui dan mengadakan perlengakapan kesenian ebeg.
“Alhamdulillan Wahyu Turonggo Jati mendapatkan bantuan Program Forum Keserasian Sosial sebanyak Rp 50 juta, yang kami gunakan untuk membeli seperangkat gamelan, Ebeg, seragam, bujang ganong dan penguatan ekonomi anngota berupa kambing 5 ekor dan ikan 3 kwintal untuk 4 kolam,” katanya
Bantuan yang diterima melalui transfer lewat Bank Mandiri tersebut kembali menyatukan anggota dan masyarakat sekitar, sebagai solusi untuk mengatasi permasalahan yang ada termasuk mendeteksi dini bibit-bibit radikalisme dan konflik sosial karena masyarakat dapat mengenal satu sama lain secara personal.
“Seni budaya merupakan salah satu cara untuk menjadi perekat. Kegiatan ini merupakan upaya yang dilakukan bersama masyarakat untuk membangkitkan kearifan lokal, dan membangun komitmen toleransi di masyarakat,” jelasnya.
Melalui pendekatan kearifan lokal melalui kesenian Ebeg, diharapkan sebagai upaya pencegahan terhadap konflik sosial yang mungki terjadi di masyarakat.
Editor : Arbi Anugrah
Artikel Terkait