Pada tahun 2013, nama merek Kopi Mukidi dibangun dengan menggabungkan berbagai jenis kopi, mulai dari arabika hingga robusta.
Dengan membuka tiga gerai penjualan dan menempatkan kopi di beberapa tempat oleh-oleh khas Temanggung, Kopi Mukidi semakin dikenal oleh banyak orang dengan omzet mencapai Rp50 juta setiap bulannya. Namun, pada akhirnya, usahanya terpukul oleh pandemi Covid-19, sehingga omzetnya mengalami penurunan yang drastis. Namun demikian, Mukidi berhasil bertahan, dan saat ini omzetnya mencapai sekitar Rp11 juta per bulan. Bahkan belakangan ini omzetnya cenderung meningkat lagi.
"Untuk bertahan selama serangan pandemi, kami menjual melalui online melalui situs web kami, media sosial, dan juga melalui reseller kami yang menjual produk kami di pasar online. Kami juga menyediakan kopi siap minum di rumah," kata Mukidi.
Dengan suasana rumah ala desa, pembeli dapat menikmati secangkir kopi dengan berbagai gorengan seperti pisang goreng krispi, stik tahu, kentang goreng, dan roti gulung.
Kopi-kopi yang dijual termasuk jenis tubruk, V60, Vietnam dripo, French Press, Mokapot, Espresso, Aero Press, Latte Coffee, White Coffee, Brown Coffee, Kopi Susu, Chocolate Coffee, Coklat, dan Fresh Milk. Harganya berkisar antara Rp5.000 hingga Rp17.000 per cangkir.
Sambil menikmati hembusan angin pegunungan dan cita rasa kopi khas buatan Mukidi, sejenak dapat menjadi healing dan melepas penat dari kesibukan sehari-hari.
Di rumah kopi Mukidi ini, pengunjung juga dapat membeli kopi Mukidi dalam kemasan bubuk sebagai oleh-oleh dengan lima pilihan. Ada kopi Lanang, Arabika, Robusta, Arabusta, dan Spesial Blend. Harganya mulai dari Rp25 ribu hingga Rp35 ribu per 100 gram. Juga tersedia berbagai ukuran di atas 100 gram dengan harga yang bervariasi.
Di setiap kemasan tersebut, Mukidi selalu menyisipkan kalimat sebagai filosofi usahanya: "Secangkir kopi ada cerita, banyak saudara dan penuh cinta."
Editor : EldeJoyosemito
Artikel Terkait