Peraih medali emas untuk Bidang Fisika Terapan dan Rekayasa (FTR) adalah Tim Alya dan Alifa dari SMAN 42 Jakarta dan untuk ketagori individu dimenangkan oleh Padmanaba 13 dari SMAN 3 Yogyakarta, Provinsi D. I. Yogyakarta. Berikutnya, peraih medali emas untuk Bidang Ilmu Sosial dan Humaniora (ISH) adalah Syahara dari MAN 1 Lamongan, Provinsi Jawa Timur; Tim MHC-SF dari Sekolah Indonesia Jeddah Tingkat SMA, Arab Saudi; serta Tim Dulur Banten SMANCIR dari SMAN 1 Ciruas, Provinsi Banten.
Tahun ini, OPSI juga mengapresiasi peserta dengan kategori khusus untuk jenjang SMP yaitu Expo Terbaik, Presenter Terbaik, dan Pameran/Poster Terbaik. Sementara untuk jenjang SMA yaitu Expo Terunik, Kepedulian Terhadap Cagar Budaya, Pemanfaatan Limbah untuk Clean Energy, Pengembangan Teknologi Tepat Guna Membantu Petani untuk Menyiapkan Ketahanan Pangan 2045, dan Presentasi Terkreatif.
Jingga Depanda dan Nabila Indriani dari Tim The Marvelz SMA Negeri 1 Pangkalan Kerinci, Provinsi Riau, tak menyangka bisa memenangkan penghargaan Presentasi Terkreatif. Di sela-sela presentasi mereka mengetengahkan pantun Melayu dan menyapa dengan salam khas daerah asalnya.
“Sangat penting untuk mengemas pesan yang kita sampaikan agar menarik penerima pesan dan keterampilan ini harus diasah oleh kita supaya penelitian yang kita hasilkan manfaatnya dapat dipahami dan berguna bagi masyarakat untuk memecahkan masalah,” ujarnya.
Penelitian yang diangkat Jingga dan Nabila adalah “Efektivitas Penanggulangan Depresi melalui Aplikasi Teduh Sebagai Interaksi Online pada Siswa di SMA Negeri 1 Pangkalan Kerinci, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau”.
Penelitian ini dilatari oleh pengamatan mereka terhadap adanya gejala depresi yang dimiliki teman di sekolahnya. Aplikasi Teduh yang bisa diunduh melalui AppStore atau PlayStore terbukti dapat mengurangi tingkat depresi siswa setelah sebulan efektif melakukan konsultasi dengan psikolog/psikiater melalui aplikasi tersebut.
“Aplikasi ini digunakan sebagai alternatif bagi yang bersangkutan untuk mendapat penanganan psikolog/psikiater, ketimbang harus berkonsultasi secara tatap muka. Ada banyak fitur yang bisa dipilih untuk mengurangi dan mengelola tingkat stres kita. Fitur itu dipandu oleh psikolog,” jelas Jingga yang mengklaim tidak ada batasan usia untuk dapat menggunakan aplikasi ini.
Sebelum mengakhiri perbincangan, Jingga menyampaikan pesan untuk seluruh peneliti di Indonesia. “Tetap optimistis sebagai peneliti muda karena kita adalah generasi harapan yang akan meneruskan cita-cita luhur bangsa,” tutupnya.
Editor : Arbi Anugrah
Artikel Terkait