Kisah Haru Pertemuan Nenek Renta dengan Keluarganya yang Terpisah 46 Tahun 

Elde Joyosemito
Penantian panjang Eni Siyamsih kepada ibunya, Satikem, akhirnya terkabul setelah 46 tahun menunggu. (Foto: Istimewa)

KEBUMEN, iNewsPurwokerto.id-Penantian panjang Eni Siyamsih kepada ibunya, Satikem, akhirnya berakhir dengan tangis haru. Kesedihan bercampur aduk dengan rasa gembira saat Eni bertemu Satikem yang telah berusia 88 tahun itu. 

Satikem telah terpisah selama 46 tahun dan baru dapat bertemu. kembali pada Jumat (16/2/2024) lalu. Hari itu memang menjadi sebuah momen bersejarah bagi Eni Siyamsih dan keluarganya. 

Ibu yang sebelumnya hilang dan tak diketahui keberadaannya selama 46 tahun, kini kembali dalam pelukan keluarga di Kebumen.

Eni Siyamsih, didampingi oleh Polsek Petanahan Polres Kebumen, Polda Jateng, menjemput Satikem yang berusia 88 tahun di Bandara YIA. 

Saat pertemuan berlangsung, isak tangis keduanya pecah. Kedatangan Satikem menjadi berita gembira bagi Desa Karangrejo, Petanahan, Kebumen.

Sebanyak 50 sanak saudara dan tetangga dengan antusias menunggu kepulangan Satikem di rumah yang sebelumnya viral karena ditemukan di Panti Jompo Bangka Belitung.

"Semoga ini menjadi berkah bagi Bu Eni dan keluarga. Kini ibu sudah pulang. Saatnya Bu Eni merawat Ibu Satikem, berbakti kepada orangtua," ungkap Kapolsek Petanahan AKP Sugeng Riyadi saat berkunjung ke rumah Eni Siyamsih pada Jumat (23/2/2024).

Kedatangan AKP Sugeng beserta Kanit Reskrim Aiptu Kuwat yang kedua kalinya disambut hangat oleh Eni Siyamsih dan keluarga. Wajah ceria tampak di antara keluarga Eni Siyamsih dan San Musri, suami Satikem, saat polisi tiba di rumah mereka.

"Terima kasih banyak, Pak Kapolsek, dan seluruh kepolisian yang membantu mempertemukan ibu," ucap Eni Siyamsih.

Satikem, meskipun tidak lagi muda, masih memiliki ingatan yang tajam, menceritakan perjalanan hidupnya yang menyebabkan ia terdampar di Panti Jompo Bangka Belitung. Ia merantau ke Jakarta untuk membantu ekonomi keluarga dan menyenangkan anak-anaknya.

Foto lawas dari kampung halaman menjadi satu-satunya pengobat rindu kepada anak dan keluarganya. "Jika merindukan, saya biasanya melihat foto. Di sini saya harus bekerja. Saat itu, pulang ke rumah memerlukan biaya yang belum mencukupi. Jadi, saya hanya bisa melihat foto yang saya bawa dari kampung," kata Satikem dengan logat Bahasa Indonesia.

Editor : EldeJoyosemito

Halaman Selanjutnya
Halaman : 1 2

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network