Kisahnya berlanjut pada tahun 1990, ketika ia diajak majikannya pulang kampung ke Bangka Belitung untuk menjadi Asisten Rumah Tangga (ART) di sana. Kepulangannya ke Bangka Belitung tidak pernah dikabarkan kepada keluarganya di Kebumen karena berbagai kendala pada saat itu.
"Kerja saya membantu majikan, kadang-kadang membuat roti. Tidak terlalu sulit," ungkap Satikem.
Suatu saat, karena rentanya usianya, Satikem dititipkan oleh majikannya di sebuah panti jompo tanpa memberikan penjelasan atau meminta persetujuannya.
"Saat itu saya diminta untuk ikut majikan. Lalu saya disuruh membawa seluruh pakaian. Saya tidak tahu akan dibawa ke mana. Saya hanya menuruti saja," lanjut Satikem.
Dengan dititipkannya Satikem di panti jompo, awalnya ia merasa sedih dan kecewa. Namun, keberadaannya di panti jompo menjadi kisah awal dari pertemuan kembali dengan keluarganya. Seorang warga Kebumen yang tinggal di Bangka Belitung memberikan bantuan di panti jompo tempat Satikem dititipkan.
Satikem berbincang dengan warga tersebut dan menceritakan bahwa ia berasal dari Kebumen. Informasi ini kemudian sampai kepada Aiptu Kuat, Kanit Reskrim Polsek Petanahan.
Aiptu Kuat membagikan informasi keberadaan Satikem kepada warga Desa Karangrejo Petanahan, yang akhirnya membawa pada pertemuan antara Satikem dan Eni Siyamsih, anak keempat Satikem.
"Saat dititipkan, perasaan saya campur aduk. Ada sedih, kecewa juga. Tapi, jika saya tidak dititipkan ke panti jompo, mungkin saya tidak akan pulang dan bertemu keluarga di Kebumen," kata Satikem.
Setelah kabar kepulangan Satikem menjadi viral, banyak kerabat yang datang ke rumah Eni Siyamsih. Rumah mereka tidak pernah sepi, selalu ada yang datang setiap hari untuk menjenguk Satikem.
"Rumah selalu ramai. Saudara-saudara pulang. Ada yang datang dari Singapura, bahkan teman di Surabaya juga menghubungi saya untuk menanyakan berita kepulangan Ibu. Kabar ini memang menjadi viral," ujar Eni.
Editor : EldeJoyosemito
Artikel Terkait