Ziarah Dariah JLF 2024, Kesaksian Didik Nini Thowok pada Sosok Maestro Lengger Banyumas

Arbi Anugrah
Ziarah Dariah JLF 2024, Kesaksian Didik Nini Thowok pada Sosok Maestro Lengger Banyumas. Foto: Official Dok Jagat Lengger Festival, M. Harsya Pambudi

BANYUMAS, iNewsPurwokerto.id - Penari, pengajar, koreografer yang juga maestro tari Indonesia, Didik Nini Thowok (69) membagikan kisahnya soal pertemuan dirinya dengan maestro Lengger Lanang asal Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, almarhum Mbok Dariah. Kisah tersebut ia bagikan kepada para peserta Ziarah Dariah yang digelar Jagat Lengger Festival (JLF) 2024 di Desa Plana, Kecamatan Somagede, Kabupaten Banyumas, Selasa (25/6) malam.

Pemilik nama lengkap Didik Hadiprayitno itu menceritakan awal mula dirinya berkunjung ke Kabupaten Banyumas dan bertemu dengan mbok Dariah. Ketika itu dirinya diminta untuk melakukan pertunjukan tari yang mengangkat tradisi cross gender Indonesia di Yale University Amerika pada tahun 2010.

Di depan 15 peserta ziarah Dariah, Didik menceritakan jika kala itu terdapat tiga tarian yang akan ia pentaskan dalam acara tersebut, di mana salah satunya adalah tari Lengger Banyumasan.


Maestro tari Indonesia, Didik Nini Thowok (69) membagikan kisahnya soal pertemuan dirinya dengan maestro Lengger Lanang asal Kabupaten Banyumas, almarhum Mbok Dariah. Foto: Official Dok Jagat Lengger Festival, M. Harsya Pambudi

 

"Jadi saya menarikan (menampilkan tarian) cross gender di istana, kemudian cross gender yang ada di masyarakat, itu saya menampilkan lengger, karena saya membaca Serat Centhini tentang cebolang yang jadi ronggeng, lalu yang satunya adalah kreasi saya sendiri," kata Didi dalam kesempatan tersebut.

Karena untuk menarikan tarian lengger memerlukan alunan musik gending Banyumasan, maka ia pun meminta kepada rekannya untuk membuat rekaman bersama Sukendar, pelaku seni Calung Banyumas dan istrinya yang merupakan sinden di studio rekaman Lokananta Surakarta.

"Setelah membuat rekaman, mas Darno (rekan Didik) bilang kalau ada waktu (berkunjung) ke mbok Dariah, itu di tahun 2010. Awalnya belum paham siapa mbok Dariah, kalau lengger tahu, terus mas Darno mengingatkan, mbok Dariah itu lengger lanang, sekarang masih eksis," ingatnya.

Ia pun akhirnya menuju ke Banyumas dan bertemu dengan mbok Dariah yang memiliki nama asli Sadam dirumahnya di Desa Plana. Awal bertemu, Didi mengaku merasa banyak kejadian aneh, awal pertemuan itu digambarkan seakan keduanya telah lama akrab dan terpisah, hingga akhirnya kembali bertemu.

"Waktu saya datang rasanya itu kita seperti sudah seperti akrab sekali, padahal baru ketemu, Terus ditanya sama istrinya pak kendar "Kok kayak wez kenal", terus "ya kenal, wong mau mbengi wes teka, nyong ngimpi". Jadi kata beliau (mbok Dariah) itu semalam mimpi tentang saya, jadi lihat muka saya itu tidak asing, lalu gemes, jadi pipi saya di cubit-cubit gitu, terus dia ngobrol-ngobrol lucu-lucu sampai kita ngakak sekali," ujarnya.

Usai bertemu, pada pagi harinya tepat satu Suro dirinya mendapatkan undangan dari Padepokan Payung Agung di Cilacap untuk menari. Ia pun berinisiatif untuk mengajak mbok Dariah menari bersama dalam kegiatan tersebut.

"Mbok Dariah mau ikut sekalian menari, jadi saya menari bersama-sama mbok Dariah dan beberapa lengger juga, ya sambil bercanda gitu. Saya dengan beliau tidak kenal, kenal sekali terus tampil, isinya cuma guyon di panggung," kenangnya.

Menurutnya, ia memang kerap mendokumentasikan dan mendatangi maestro tari dimanapun. Bahkan sampai ke Palopo, Banyuwangi, Cirebon, Bali hingga Banyumas dengan biaya sendiri. 

"Termasuk di sini (Desa Plana) dan sebagainya itu yang selalu saya lakukan. Dengan mbok Dariah juga begitu, saya merasakan kedekatan karena sama-sama kita laki-laki yang memerankan wanita, tradisi cross gender itu. Saya mencocokkan juga dengan apa yang saya baca dalam Serat Centhini, itu yang kemudian saya angkat di seminar, di Yale University di tahun 2012, kalau ketemu mbok Dariah 2010," ucapnya.

Kedua penari cross gender ini pun kembali dipertemukan untuk kedua kalinya dalam sebuah acara lengger yang diinisiasi oleh Rianto di Desa Kaliori, Kecamatan Banyumas pada tahun 2016. Bahkan Didik Nini Thowok kala itu telah menyiapkan sebuah hadiah untuk mbok Dariah, berupa gulungan sanggul.

"Pertemuan kedua itu di Kaliori acaranya Rianto, itu kan mbok Dariah tampil, di situ memang saya sengaja menyiapkan oleh-oleh untuk mbok Dariah. Satu gulungan sanggul beserta perhiasannya lengkap, terus mbok Dariah komen karena lihat perhiasan itu "kemelop" katanya, kemelop itu artinya kemilau, berkilau, nah gitu-gitu lucu-lucu pokoknya," cerita Didik.

Bahkan, menurut Didik berdasarkan cerita dari cucu mbok Dariah, gulungan sanggul lengkap dengan perhiasannya itu kerap dibawanya ketika tidur. 

"Buat saya itu suatu ikatan emosional dan ikatan batin yang kuat buat saya dengan beliau almarhum. Saya memberikan hadiah itu supaya beliau senang. Sekarang gulungannya dipajang di rumah lengger Banyumas," jelasnya.

Ia juga mengkisahkan pertemuan ketiganya dengan mbok Dariah saat menerima penghargaan dari Keraton Mangkunegaran di Surakarta. Saat itu terdapat enam maestro mendapatkan penghargaan sebagai pelestari budaya dari KGPAA Mangkunegara IX di Pendapa Pura Mangkunegaran, Surakarta, Jawa Tengah.

"Akhirnya ketemu lagi pada waktu kita bareng-bareng menerima penghargaan dari Mangkunegaran IX, di Surakarta, 2017. Itu ada 6 seniman dari Bali, Jakarta, Solo, Sulawesi, terus ada mbok Dariah, terus saya, kita berenam, dan kita sepanggung lagi. Kita berenam diberikan penghargaan maestro oleh Mangkunegoro ke IX, nah itu pertemuan saya ketiga dengan mbok Dariah," kisahnya.

Setelah pertemuan ketiga itu, ia mendapatkan kabar jika mbok Dariah meninggal dunia diusia 90 tahun pada 2018 silam. Menurutnya, dari tiga pertemuan tersebut ia mendapatkan banyak inspirasi dari mbok Dariah yang sederhana.

"Tiga kali pertemuan itu menurut saya luar biasa dan berkesan dalam, karena saya juga mendapatkan inspirasi dari beliau. Jadi secara tidak langsung ilmu saya pun saya dapatkan dari beliau, jadi ada sesuatu, ada energi yang bisa saya serap dari almarhum mbok Dariah. Walaupun mbok Dariah bukan dari akademisi, tapi saya tetap hormat sama beliau, itu yang saya tularkan kegenerasi muda seniman seperti Otniel, ojo lali sejarah," ungkapnya.

Sementara menurut Direktur Jagat Lengger Festival 2024, Otniel Tasman saat dikonfirmasi Kamis (27/6/2024) mengatakan jika dirinya sangat bangga atas hadirnya Didik Nini Thowok dalam acara ziarah Dariah yang merupakan rangkaian kegiatan Jagat Lengger Festival 2024.

"Sorenya (Selasa, 25 Juni) juga ada ziarah ke makam Dariah bersama Didik Nini Thowok dan teman-teman lain, suatu kebanggaan beliau langsung hadir ke sini dari Jogja ke Banyumas untuk menghadiri ziarah ke makam Dariah," kata Otniel.

Pada acara ziarah Dariah ini, para peserta selama dua hari Selasa-Rabu 25-26 Juni diajak lebih mengenal sosok Dariah dalam kehidupan sehari-hari. Mereka diajak berinteraksi langsung dengan keluarga mbok Dariah almarhum yang menceritakan bagaimana perjalanan mbok Dariah selama hidup, dalam keseharian di masyarakat dan juga ketika beliau berada di panggung.

"Harapan saya para peserta itu bisa mendapatkan banyak Insight, bagaimana menjadi lengger di Desa Plana yang dilakukan atau dialami oleh Dariah. Sehingga kedepannya mungkin ada praktek-praktek seperti ini, praktek-praktek yang lebih mendalam sebagai penari lengger," ujarnya.

Otniel juga berharap dengan ziarah Dariah yang diinisiasi oleh Jagat Lengger Festival 2024 yang mengambil tema Inang dan Indhang itu mematik percakapan, perbincangan para peserta yang ingin mengenal lebih jauh perjalanan lengger di Banyumas.

"Tadi juga bisa kita lihat perbincangan Indhang juga selalu di lontarkan, dari perjalanan Dariah memang tidak lepas dari inangnya dan juga Indhang-nya, dan nanti itu yang akan terefleksikan dalam acara puncak di tanggal 28-30 Juni 2024. Bagaimana Indhang dan Inang itu akan terus berkelindan (erat menjadi satu) untuk mengekspresikan, mendeskripsikan, apa itu Indhang dan juga apa itu Inang," jelasnya.

Rangkaian kegiatan Jagat Lengger Festival 2024 sudah dimulai dari kegiatan Nyantrik, kemudian dilanjutkan dengan Ziarah Dariah yang digelar pada Selasa-Rabu, 25-26 Juni dan diakhiri pada acara puncak JLF yang menghadirkan penampilan Didik Nini Thowok dan Otniel Tasman pada tanggal 28-30 di area Kecamatan Banyumas. Informasi lengkap terkait program-progran JLF juga dapat diikuti di media sosial instagram, @jagatlenggerfest.

Editor : Arbi Anugrah

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network