JAKARTA, iNewsPurwokerto.id - Adanya alokasi dana desa dalam postur anggaran pendidikan 2024 dipertanyakan mantan Menteri Pendidikan Nasional Muhammad Nuh.Ia pun heran kapan dana desa masuk dalam postur anggaran pendidikan 2024.
Dalam materi paparannya, total anggaran pendidikan 2024 sebesar Rp665,02 triliun. Dari jumlah itu, alokasi ke Kemendikbudristek sebesar Rp98 triliun, Kemenag Rp62 triliun, Kementerian dan lembaga lain Rp32,8 triliun.
Kemudian, anggaran pendidikan pada belanja non-kementerian/lembaga sebesar Rp47 triliun, pengeluaran pembiayaan Rp77 triliun, dan transfer ke daerah dan dana desa sebesar Rp346 triliun.
"Saya terus terang dan penasaran, mulai kapan masuk dana desa di dalam anggaran dana pendidikan, dan isinya apa? Kalau lurah, ngurusi apa di pendidikannya itu?" kata Nuh dalam RDP bersama Komisi X DPR RI, di Gedung Nusantara I, Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta Pusat, Selasa (2/7/2024).
Menurutnya, penjelasan masuknya dana desa ke dalam postur anggaran pendidikan tak bisa berargumentasi secara politik. "Tetapi argimentasinya adalah argumentasi secara jujur dengan hati nurani. Ini masalah amanah, amanahnya ga hanya UU, (tetapi) UUD," ucap Nuh.
"Sehingga kita gak perlu berkilah mencari argumen ini demi ini, sudah, mohon dengan jujur, sejanjane anggaran pendidikan untuk sopo sih? Untuk apa sih?"imbuhnya.
Menurutnya, penjelasan argumentasi politik hanya akan membuat ramai. Ia pun meminta penjelasan dana desa masuk ke postur anggaran pendidiakn dengan hati nurani.
"Untuk dana desa itu berapa dan siapa yang melaksanakan? Dan memang riillnya betul untuk itu? Kalau enggak, dosa loh," kata Nuh.
Bila penggunaan tak sesuai, Nuh berkata, telah terjadi penyimpangan yang sangat luar biasa. Ia menilai, seluruh pihak melegalkan suatu yang tidak benar.
"Saya kira tobat. Sehingga masa yang akan datang ini adalah masa pertobatan untuk kelola dana pendidikan. Harus jujur, betul ga. Kalau seandainya memang kurang dana lain, sampaikan saja memang kurang dana, yang tersisa itu pendidikan oleh karena itu mohon diikhlaskan ya untuk dipakai ini, nyaman, minta izin. Tetapi kakau ndak akhirnya apa? Komplikasi dunia pendidikan karena kekurangan sumber," terangnya
Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta
Artikel Terkait