PANDEMI Covid-19 telah berlangsung hampir 2 tahun dan belum menunjukkan tanda-tanda akan segera berakhir. Pandemi ini telah merenggut ribuan nyawa manusia di seluruh dunia.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan bahwa total kasus COVID-19 mencapai 433 juta per 26 Februari 2022 dengan jumlah kematian sebesar 5, 94 juta jiwa. Di Indonesia sendiri kasus COVID-19 tercatat 5,41 juta kasus dengan 147 ribu meninggal dunia. COVID-19 disebabkan oleh virus SARS-CoV-2 yang merupakan kelompok coronavirus yang mengandung untai tunggal RNA.
Virus ini sangat mudah menular dari manusia ke manusia melalui droplet pernapaan, bersin, bersentuhan dengan permukaan yang telah terpapar virus yang menyebabkan gangguan pernapasan yang parah. Kasus COVID-19 pertama kali muncul di kota Wuhan, China yang berasal dari kelelawar dan bermutasi dapat menginfeksi manusia. Gejala awal dari infeksi COVID-19 antara lain demam tinggi, batuk kering, sesak nafas, kehilangan penciuman serta gejala lain yang tidak khas.
Virus dapat masuk ke tubuh manusia kapan saja dan akan memicu sistem kekebalan tubuh kita bekerja. Akan tetapi virus dapat berubah seiring waktu dan dapat berulangkali mengalami mutasi yang semakin mempersulit pengobatan. Ada banyak varian virus COVID-19 yang dilaporkan diantaranya alfa, beta, delta, zeta, gamma, dan yang terbaru adalah omicron.
Munculnya varian-varian baru ini semakin mempersulit pengobatan COVID-19. Beberapa obat antivirus spektrum luas seperti remdesivir, ritonavir, azitromisin, hidroksiklorokuin dan obat lain seperti deksamethason dan terapi plasma yang dikombinasikan dengan berbagai obat lain atau herbal terbukti cukup efektif dalam mengurangi gejala yang ditimbulkan oleh virus corona. Akan tetapi hingga saat ini belum ada obat spesifik yang benar-benar bisa diandalkan untuk penyakit berbahaya ini.
Editor : EldeJoyosemito
Artikel Terkait