Pada pertengahan 1972, datang seorang kapten GRU berusia 33 tahun ke Indonesia. Nikolay Grigoryevich Petrov, namanya. Petrov, anak bungsu dari empat bersaudara dari keluarga Petani di Moskow memilih bergabung dengan militer pada 1959.
Penempatan pertamanya di resimen tank. Tiga tahun berikutnya dia mendaftarkan diri pada program khusus Bahasa Indonesia di sekolah bahasa militer. Petrov menorehkan prestasi sebagai ahli bahasa. “Pada 1967 sesudah lima tahun belajar Bahasa Indonesia secara intensif, dia ditempatkan sebagai juru bahasa pada Proyek 055,” tutur Ken.
Proyek 055 ini berada di Surabaya. Proyek ini, kata Ken, berfungsi memantau pemberian sisa bantuan Soviet kepada Angkatan Laut Indonesia. Asal tahu, meski Orde Baru lebih berpihak kepada Barat, faktanya Soviet tetap memberikan bantuan kepada militer Indonesia.
Ken tak menjelaskan rinci tentang Proyek 055. Namun kemungkinan yang dimaksud yakni pembelian kapal penjelajah kelas Sverdlov buatan Soviet oleh Indonesia. Kapal itu semula dinamai Ordzhonikidze 310, merujuk pada Menteri Industri Berat era Stalin, Grigory "Sergo" Ordzhonikidze.
Oleh Pakta Pertahanan Atlantik Utara atau NATO, kapal ini diidentifikasi sebagai Object 055. Kapal dibeli Pemerintah Indonesia pada 1962 untuk Operasi Trikora demi merebut Irian Barat (Papua). Dua tahun setelah itu, Petrov ditarik untuk berkantor di Kedutaan Soviet di Jakarta. Oleh Atase Militer, dia dijadikan juru bahasa mengingat kemahirannya berbahasa Indonesia, juga mengusai bahasa Jawa pasaran (jawa ngoko/kasar). Pada 1969 Petrov kembali ke Moskow.
Dia lantas mengikuti kursus intelijen selama delapan bulan dan setelahnya dipromosikan sebagai letnan. Petrov ditunjuk untuk bertugas lagi di Biro Indonesia, markas GRU. GRU atau Glavnoje Razvedyvatelnoje Upravlenije (Direktorat Intelijen Utama) merupakan badan intelijen terbesar Rusia. Badan ini memiliki enam kali jumlah agen di luar negeri dibandingkan dengan SVR, yang merupakan penerus dari KGB. Badan ini juga memiliki 25.000 anggota Spetsnaz atau Pasukan Khusus pada 1997.
“Sebuah laporan untuk Kongres AS menggambarkan GRU sebagai ‘organisasi besar, ekspansif, dan kuat’ tetapi sangat sedikit yang diketahui secara pasti tentang ukuran dan operasinya. Hanya ada penyebutan singkat tentang perannya sebagai badan intelijen asing di situs web kementerian pertahanan Rusia -- ia tidak memiliki situs web sendiri,” tulis laporan BBC.
Perjalanan karier Petrov di Indonesia tak berakhir mulus. Karena kalah judi mesin jackpot di Menteng, dia kehilangan uang sangat banyak. Mengingat punya akses brankas besi di kantor atase militer Soviet, dia mengambil uang Rp350.000 milik kantor dan menggunakannya lagi untuk berjudi. Sial, dia kalah lagi.
Akhir yang buruk ketika dia akhirnya terlibat pula keributan karena pengaruh alkohol. Khawatir atas ulahnya sendiri, keesokan harinya ketika kondisi membaik, dia menyelinap pergi ke Atase Angkatan Laut Amerika minta suaka politik yang segera dikabulkan. “Petrov kemudian diterbangkan ke Washington DC dan setelah mendapat identitas baru dia ditempatkan di Virginia. Dengan nama sandi Houdini, dia terbukti menjadi salah satu agen pembelot GRU yang paling produktif pada waktu itu,” kata Ken.
Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta
Artikel Terkait