INTEL Rusia Nikolay Petrov lahir dan besar di Uni Soviet namun mahir berbahasa Jawa. Intel Uni Soviet setelah Orde Lama berakhir memang menjadi perhatian utama Satuan Khusus Intelijen (Satsus Intel) terpusat di Indonesia.
Setelah pergolakan 1965, Soviet dinilai hendak mengisi kekosongan pengaruh atas komunis di Indonesia setelah sebelumnya PKI condong ke Beijing. Satsus Intel merasa perlu memata-matai Soviet, termasuk siapa saja pejabat mereka yang ditugaskan di Indonesia.
Pada awal 1967, Kepala Opsus Ali Moertopo bahkan disebut telah menerima laporan bahwa para diplomat Soviet yang bertugas di Surabaya menjalin kontak dengan anggota PKI bawah tanah di Jawa Timur. “Mengikuti jejak aktivitas Soviet (kini Rusia) di Indonesia ternyata lebih sulit dari yang dikira. Jumlah keseluruhan mereka rupanya sungguh luar biasa.
Biasanya, tak kurang dari 140 keluarga Soviet berada di Indonesia,” kata Ken Conboy dalam buku ‘Intel: Menguak Tabir Dunia Intelijen Indonesia’ dikutip pada Sabtu (12/3/2022).
Ken dikenal sebagai penulis buku-buku tentang militer dan operasi intelijen di Asia. Pernah bekerja sebagai country manager dari risk management advisory, sebuah perusahaan konsultan keamanan di Jakarta, Ken juga tercatat pernah menjadi deputy director dari Asian Studies Center, sebuah lembaga think tank di Washington, Amerika Serikat. Menurut Ken, orang-orang Soviet di Indonesia tersebar tidak hanya mereka yang bertugas di kantor kedutaan besar maupun konsulat semacam di Banjarmasin, Medan, dan Surabaya.
Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta
Artikel Terkait