3. Bayang-bayang Cinta Ramadhan
Oleh: Hidayatullah
Saat nafas ini masih menghembus
Ku ingat akan kedatanganmu
Aku sapa engkau
Dengan kelembutan kerinduanku
Padamu
Kini penantian itu kian dekat
Meski engkau tak melihat
Siapa yang menyapamu
Hamba-hamba itu memendam rindu
Rajab kemarin tlah berlalu
Berpesan akan
Perjumpaanmu
Padaku yang kasmaran dengan rindumu
Sya'ban telah memulai
Dalam amal dan latihan
Sambil berharap
Itulah awal persiapanku
Menyambut kehangatanmu
Perjumpaan itu semakin dekat
Namun rasa was-was dan khawatir
Tiap waktu bergelayut dalam
bayang-bayang rindu itu
Ku tak tau
Akankah Dia ridho dengan niat
Hamba-Nya ini
Yang tuk ke sekian kali
Bersimpuh dalam doa
Kini penantian itu terus dibayang-bayangi
Oleh aura bertemu denganmu
Dan kematian yang akan memupus
Di persimpangan jalan
Apapun yang terjadi
Diri ini ikhlas, ridho dan penuh kepasrahan
Semoga Dia tetap menerima niatku
Untuk beramal dan bersua denganmu
Dalam ridho dan kasih-Mu
Oh Ramadhanku...
4. Seribu Bulan di Ramadhan
Oleh: Alya Zhaafirah Husni
Waktu yang kupunya kian berlompatan
Mengusik ketenangan dan denyut nadi
Saat kutatap lembaran bulan
"Oh, sudah tiba lagi"
Terperanjatku dalam perjalanan hidup
Masih tersisa jejak masa lalu
Hidup penuh limpahan dosa
Tangis saja tak mampu menebusnya
"Kau masih jauh dari ampunan"
Hati kecilku menghakimi
Ya Alloh...
Ramadhan-Mu kembali menegurku
"Raih dan Kejarlah Maghfiroh-Nya!"
Ya Alloh...
Kau beri aku ramadhan di negeri asing ini
Namun getar bahagia menanti seribu bulan-Mu
Lekat dalam pengharapanku
Jalan tuk merasai ampunan-Mu
5. Bulan Puasa di Kehidupan Kecilku Kala Itu
Oleh: Awaluddin
Begitulah, seperti hari itu ibu berkata padaku
Dini hari, awal bulan yang pertama
Aku masih lelap dan masih kecil di kehidupan kala itu
"Bangunlah anakku...Bangun untuk latihan pertamamu mencintai Tuhan..."
Demikian ia berkata sembari mengguncang bahuku lembut
Aku terjaga dan menatapnya nanap masih diaduk kantuk
Satu tarikan nafas dan kulihat ia tersenyum sumringah
seperti bidadari Turun ke Bumi menyusuri cakrawala dan hanya tertuju menghampiriku
"Berat nian bagimu saat ini anakku sayang"
"Tapi...kelak kau akan mencintainya dan menunggunya sebagaimana kekasih yang
hilang"
Ia menggandeng lenganku dari pembaringan dan menuntun kepada ketaatan agama
Begitulah Ya Ahad, yaaa Rahman..
Kelak hari itu adalah pagi bening lembab yang terindah di sepanjang musim
Yang Engkau ciptakan dari semesta musim di tengah firdaus
Sebab itulah pagi hari pertama aku belajar mencintai diri-MU duhai yang maha Rahim
Pagi kecilku menanam benih kenikmatan merindu Iman
Aku turut titah-MU agar sehari menahan diri dari gundah hawa nafsu
Meski tubuh kecilku kadang goyah tapi aku kuatkan hingga kini aku mampu
Dan mudah-mudahan kuat kelak kekal hingga nafas sisa sejengkal
Saumku yang pertama
Dan ibuku benar aku menunggu sepanjang tahun hingga kini
berharap bersua serta menunggu dengan debar harap setiap tahun berikutnya
Laksana menunggu kekasih yang hilang di simpang tiga titian
Tak berharap indahnya surga atau karena takut liuk api neraka
Aku hanya ingin mencintai-Mu
Maka dengarkan dendang doaku ya rob "
.."Nawaitu saumaghodin an adai fardhu ramadhan hazihi sanati lillahi taala"
(Sengaja aku berpuasa esok hari untuk menunaikan fhardu ramadhan tahun ini karena
Allah)
6. Ramadhan Dalam Keterbatasan
Oleh: Teteh Okti
Disini, terlalu mendongak berharap terwujud berbuka berjama'ah,
dimana ada kesempatan melakukan pun bagaikan mendapat durian jatuh.
Seperti punguk merindukan bulan,
tatkala mendamba menaikkan kualitas hubungan dengan Yang Diatas,
manis lantunan pujian menyebut nama Mu,
kenyataan dengan sesama seperti mencari jarum dalam tumpukkan jerami.
Target tilawah penuh, jauh...
Kilat menyambar di tengah terik matahari untuk menuju khatam,
per ayat saja laksana kucing mengincar tikus.
Itikaf setali tiga uang, kembaran angan-angan
dalam detik melahirkan menit yang tumbuh menjadi waktu
diri masih berpeluh dengan najis dan laknat.
Ramadhan datang dan kembali
wanginya hanya mampir di hidung, gempitanya hanya singgah di telinga, tapi
tidak terbukti dalam sikap.
Diri tidak sempurna mencair, meleleh pun bagaikan bunga tidak berputik.
Terpaku dalam kubangan dosa dan salah
jerit jiwa raga sebatas memberontak.
Bangsa, penguasa, atau isi jiwa yang salah?
Tersebut panggung yang aku alami bersama ribuan hati dan jiwa yang serupa
beruntung penduduk bumi khatulistiwa, tinggal niat dan pelaksanaan.
Lapangkan jalan, luaskan kesempatan
disini ribuan hati dan jiwa yang serupa terpenjara pagar tetangga.
Ya Allah!
Aku diantaranya...
7. Rindu Ramadhan
Oleh: Muza
Tak terasa Ramadhan hampir tiba
Terpekur aku dan menangis
Dibawah sajadah yang terbentang
Betapa rindu yang kian mendera
Ketika Ramadhan hampir tiba
Dapatkah aku menggapainya
Menemuimu,menjalankan dengan nikmat
Dengan asa yang ada diraga
Ketika Ramadhan hampir tiba
Sujud ampunan dan syukur yang tak terhingga
Ketika gema dipenjuru dunia
menyambut dengan gembira
Ketika Ramadhan hampir tiba
Ingin rasa nya lebih dekat dengan Mu
Dengan segala kekurangan
Untuk menjemputmu dengan jiwa yang bersih
Ya Rabb beri hamba untuk merasakan
hari hari yang indah didalamnya
Dengan beribadah ,dan mencapai malam lailatul Qadar
Dengan segenap jiwa
8. Izinkan Aku Kembali
Oleh: Yusuf
Sebelas bulan berlalu
Dosa dan salah terus berlaku
Tenggelam dalam nikmatnya waktu
Adalah hamba insan berhati batu
Kenapa ku bangga dengan kebohongan
Kenapa ku puas dengan kemunafikan
Kenapa ku menikmati tiap tetes hinaan
Aku sangat tidak pantas
Ya Rabb
Diatas dahsyatnya siksa kemalangan
Izinkan aku masuk mereguk RamadhanMu
Biarkan aku menahan perihnya kesabaran
Kuatkan kakiku menopang shalat-shalat malamMu
Bebaskan aku menikmati manisnya zikirMu
Ceriakan aku dengan gema takbirMu
Ringankanlah jalanku
Tak ada yang kuharap dariMu
Kecuali pintu ampunan atas salahku
Terimalah doaku
Terimalah aku
Editor : Arbi Anugrah
Artikel Terkait