Komentar seperti "Naudzubillahimindzalik, akhir jaman" dari @mos*** dan "woi sadar kodratmu" dari @cant***, mencerminkan gejolak emosi publik. Tudingan keras seperti "Astagfirullah, waria kok dijadikan ustadzah, bicara Quran, bicara hadist," dari @rudinabuzalfa, menunjukkan kekhawatiran serius terkait potensi penyimpangan dan penistaan agama di mata sebagian masyarakat.
Shuniyya Ruhama: Lebih dari Sekadar Tokoh Kontroversial
Terlepas dari perdebatan mengenai identitasnya, Shuniyya Ruhama adalah sosok dengan latar belakang yang kaya dan beragam:
Akademisi UGM Berprestasi: Ia merupakan alumni Jurusan Sosiologi, FISIPOL, Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta. Lulus pada tahun 2004 dengan predikat cumlaude dan IPK 3,56. Skripsinya pun menarik, membahas tema yang relevan dengan isu identitas sosial: Keanekaragaman Ekspresi Busana Waria.
Pengrajin Batik Berbakat Internasional: Selain kiprahnya di dunia akademik dan ceramah, Shuniyya juga dikenal sebagai pengrajin batik handal dari Weleri, Kendal, Jawa Tengah. Ia membatik menggunakan metode canting elektrik, dan karya-karyanya telah menembus pasar internasional, diminati oleh pembeli dari berbagai negara seperti Amerika Serikat, Rusia, Afrika, hingga Ceko.
Aktif di Komunitas dan Syiar: Shuniyya juga disebut-sebut pernah mendirikan Paguyuban Waria Kendal (Pawaka), sebuah langkah yang menempatkannya sebagai tokoh publik di isu sensitif ini. Selain itu, ia aktif dalam kegiatan dakwah dan disebut bergabung dengan Gusdurian Kendal sebagai koordinator, serta merupakan PP Al Istiqomah Kendal. Ia tercatat pernah mengisi dakwah pada peringatan Hari Kebangkitan Nasional (25 Mei 2023) dan acara Halal Bihalal di Persatuan Mahasiswa UT Hongkong (27 April 2023).
Editor : Muhammad Faizur Rouf
Artikel Terkait