Namun bantuan finansial bukan satu-satunya kunci kesuksesan Dafa. Mahasiswa asal Banyumas ini dikenal sebagai morning person—bangun sebelum subuh untuk membaca buku hukum dan merangkum materi kuliah.
Di tengah jadwal padat kuliah, ia masih menyempatkan diri bekerja paruh waktu, baik sebagai asisten dosen maupun pegawai di beberapa kafe. Jiwa mandiri dan etos kerja tinggi melekat dalam kesehariannya.
Tak hanya berprestasi akademik, Dafa juga aktif di organisasi mahasiswa. Ia menjadi bagian dari Biro Konsultasi dan Bantuan Hukum Mahasiswa, serta menjabat sebagai Asisten Legal Consultant di Lembaga Penelitian Bantuan Hukum FH Unsoed.
Dari sinilah ia mengasah kemampuan teoritis dengan praktik langsung, menjembatani dunia kampus dengan realitas hukum di masyarakat.
Lulus dengan predikat terbaik bukan akhir perjalanan bagi Dafa. Ia memupuk cita-cita menjadi seorang hakim—profesi yang menurutnya memerlukan integritas dan keteguhan hati. Dalam waktu dekat, ia berencana melamar pekerjaan di sektor privat untuk menabung pengalaman sebelum melanjutkan ke pendidikan lanjutan.
Kepada para mahasiswa lain, Dafa menyampaikan pesan sederhana namun dalam: “Yang paling penting, keep dreaming. Jangan lelah bermimpi karena mimpi tidak akan pupus kecuali kita sendiri yang menghentikannya.”
Kisah Dhafa Wahyu Ramadhan adalah cermin dari mimpi yang disulam dengan usaha. Ia adalah bukti bahwa latar belakang bukan penentu masa depan. Dari ruang praktik teknik mesin di SMK hingga ruang sidang akademik di Fakultas Hukum, Dafa telah menulis kisah yang menginspirasi—kisah bahwa mimpi, ketika diperjuangkan, bukan hanya angan-angan, tapi bisa jadi kenyataan.
Editor : EldeJoyosemito
Artikel Terkait