PURWOKERTO, iNewsPurwokerto.id - Inisiatif untuk melibatkan masyarakat dalam pengembangan potensi pariwisata lokal kembali diusung oleh civitas akademika Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP). Kali ini, dosen dan mahasiswa Program Studi Teknik Sipil UMP menggagas pembentukan Komunitas Pecinta Waduk Wadaslintang sebagai langkah strategis mendorong kawasan Waduk Wadaslintang, Kabupaten Wonosobo, menjadi destinasi wisata berkelanjutan.
Program pengabdian ini merupakan bagian dari RisetMu Batch VIII Tahun 2024, hasil hibah nasional yang didanai oleh Majelis Pendidikan Tinggi, Penelitian, dan Pengembangan (Diktilitbang) PP Muhammadiyah. Fokus utama dari kegiatan ini adalah membangun model pemberdayaan masyarakat berbasis komunitas untuk mengangkat potensi wisata Waduk Wadaslintang sekaligus meningkatkan kesejahteraan ekonomi warga sekitar.
Waduk Wadaslintang yang terletak di Desa Sumberejo, Kecamatan Wadaslintang, Wonosobo, merupakan bendungan besar di aliran Sungai Bedegolan dengan luas genangan mencapai 1.337 hektare. Selain berperan vital dalam pengairan dan pengendalian banjir, kawasan ini menyimpan pesona alam yang potensial untuk dikembangkan sebagai destinasi ekowisata unggulan.
Sayangnya, potensi tersebut belum dimanfaatkan secara optimal. Masih banyak warga di sekitar waduk yang belum memiliki pekerjaan tetap atau terpaksa merantau ke luar daerah. Menanggapi hal itu, tim pengabdian dari Teknik Sipil UMP hadir membawa solusi melalui pembentukan komunitas berbasis warga yang memiliki kecintaan dan tanggung jawab terhadap kawasan waduk.
“Kami tidak hanya ingin memberikan solusi teknis, tetapi juga mendorong lahirnya komunitas yang peduli dan bertanggung jawab atas potensi alam yang mereka miliki. Komunitas Pecinta Waduk ini diharapkan menjadi lokomotif perubahan, baik dalam sektor ekonomi, sosial, maupun lingkungan,” ujar Aan Andriawan, M.T., MCE., IPP., dosen Teknik Sipil UMP sekaligus ketua tim pelaksana program dalam keterangannya, Selasa (22/7/2025).
Program ini dirancang secara kolaboratif dengan melibatkan tiga mitra utama, yakni masyarakat lokal, Balai Besar Wilayah Sungai Serayu Opak sebagai pengelola teknis waduk, serta Pemerintah Desa Wadaslintang. Kegiatan dimulai dengan survei dan observasi lapangan, dilanjutkan dengan sosialisasi pengembangan wisata, pendampingan pembentukan program komunitas, hingga evaluasi berkelanjutan.
Dalam kegiatan sosialisasi, masyarakat tidak hanya diberikan pemahaman teknis mengenai pariwisata, tetapi juga ditekankan pentingnya menjaga sumber daya air dan lingkungan sebagai bagian dari identitas lokal yang bernilai ekonomi.
“Pengabdian ini bukan sekadar aktivitas tahunan kampus, melainkan bagian dari komitmen jangka panjang UMP untuk membangun desa-desa wisata berbasis kearifan lokal dan teknologi ramah lingkungan,” tegasnya.
Program ini sekaligus menjadi bukti nyata kontribusi perguruan tinggi dalam menciptakan dampak langsung di tengah masyarakat. Tak hanya menghadirkan solusi akademik, tetapi juga menjadi penghubung antara masyarakat dan pemangku kebijakan.
Ke depan, Universitas Muhammadiyah Purwokerto berharap model pemberdayaan ini dapat direplikasi di kawasan lain yang memiliki potensi serupa, sekaligus memperkuat semangat pembangunan berbasis komunitas dan keberlanjutan lingkungan di Indonesia.
Editor : Arbi Anugrah
Artikel Terkait