Erosi membawa material tanah masuk ke dalam, menyebabkan pendangkalan. Di sisi lain, bagian atas goa telah berubah fungsi menjadi jalan, ladang, hingga pemukiman.
“Dokumentasi yang kami kumpulkan menjadi alarm awal agar masyarakat lebih peduli pada fenomena langka ini,” jelas Kholik.
Meski kondisinya kian rentan, Goa Lorong Kereta menyimpan potensi besar. Dengan lorong-lorong alami hasil pembekuan lava, goa ini bisa menjadi daya tarik wisata minat khusus, terutama bagi mereka yang menggemari pengalaman langsung di alam.
“Jika nanti diberdayakan, pengembangannya harus tetap berada dalam koridor pendidikan dan penelitian. Prinsip utamanya adalah kelestarian,” tegas Kholik.
Ekspedisi ini bukan kerja satu kelompok saja. Tim Eksplorasi Goa Purba dihimpun dari beragam komunitas, antara lain Ekspedisi Sisik Naga, Palateksa, Semapala, Faktapala, PPA Gasda, Griya Petualang Indonesia, Jeda Belantara, Teman Main Adventure, MTMA, dan Relawan Purbalingga Peduli (RPP). Mereka mendapat dukungan dari Dinasti Outbond, PMI, dan Perumda Owabong.
Bagi para relawan ini, eksplorasi bukan sekadar menantang diri menghadapi lorong-lorong gelap, melainkan juga menjaga warisan geologi yang mungkin tak tergantikan.
Di balik batuan beku dan rembesan air itu, tersimpan kisah panjang Gunung Slamet purba—jejak sejarah bumi yang menunggu untuk terus dijaga.
Editor : EldeJoyosemito
Artikel Terkait