Istri yang menjadi korban perselingkuhan ini juga harus mampu membawa celdam bekas dipakai suaminya sebelum dicuci. Selanjutnya, pada secarik mori (kain putih) yang sudah disediakan Abah Mustofa, supaya ditanda tangani dan diberi nama terang, juga disertakan nama suaminya.
Kemudian celdam itu ditaruh di atas mori dan dibubuhi rajah tertentu serta disemprot adonan minyak wangi yang terdiri dari 29 jenis yang beraroma mistis (disukai lelembut), di antaranya terdiri dari minyak zafaron, malikat subuh, kasturi, Al Jin, cendana, kenanga dan lainnya yang tidak bisa disebutkan satu persatu di sini, juga diletakan batu akik jenis sri tumpuk untuk dipocong.
Pada tengah malam dilakukan prosesi ritual umbul donga Abah Mustofa dalam posisi duduk bersila, di hadapan pocongan mori yang sudah lengkap dengan uborampenya, mata terpejam dengan mulut komat-kamit membacakan permohonan kepada Sang Kholiq.
Biasanya ritual umbul donga ini, dilakukan di halaman depan rumahnya yang tidak beratap alias beratapkan langit. Hal ini dilakukan dengan harapan agar permohonannya bisa langsung tersambung dengan Sang Kholiq.
Dua hari berikutnya, istri tadi disuruh kembali lagi kepada Abah Mustofa untuk melakukan prosesi ritual pada tengah malam di lokasi yang angker, wingit atau dikeramatkan yang di sana ada pohon besarnya, baik di kuburan, petilasan, di lokasi pertapaan maupun daerah lain yang memiliki aura mistis kuat dan wingit yang penuh dengan lelembut atau makhluk halusnya.
Nah, di pohon yang kajiman (di tunggu banyak maklhuk gaib/jin) seperti dedemit, pocong, kuntilanak maupun periprayangan itu, pocong celdam bekas itu disanggarkan dengan cara mengaitkan benang tadi digantungkan di ranting atau batang pohon tersebut.
Di bawah pocong celdam itu disulut puluhan dupa wangi, sehingga muncul aroma mistis dengan mengepulnya asap putih yang menjulang.
Editor : Arbi Anugrah
Artikel Terkait