Dia menjelaskan, Pancasila lahir dari bumi dengan budaya yang beraneka ragam. "Seperti dikatakan Bung Karno, Pancasila tidak diciptakan, melainkan digali dari bumi kita. Pancasila menjadi falsafah bangsa yang mempersatukan kita dalam keragaman dengan semangat kebinekaan," tuturnya.
Kegiatan Muhibah Budaya Jalur Rempah diselenggarakan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), bekerja sama dengan Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut (TNI AL), Pemerintah Daerah, serta berbagai komunitas budaya. Kegiatan ini merupakan salah satu upaya diplomasi budaya yang diharapkan dapat memperkuat posisi Indonesia sebagai poros maritim dunia, serta upaya untuk melibatkan generasi muda untuk mengenal narasi sejarah peradaban rempah dari geladak kapal Indonesia sendiri.
Menteri Nadiem mengatakan, Muhibah Budaya Jalur Rempah semakin mempertegas adidaya budaya Indonesia serta kedaulatan Indonesia yang terbangun oleh ragam budaya yang dipersatukan melalui kehangatan rempah-rempah.
"Perjalanan ini kami yakin akan memperkuat upaya pemajuan kebudayaan dan penguatan pendidikan karakter berbasis Pancasila yang saat ini sedang kita upayakan bersama. Bukan dengan ceramah dan pidato, tapi dengan aksi, mengarungi lautan seperti leluhur kita dulu, berjumpa dengan masyarakat yang beranekaragam dengan semangat persaudaraan dan gotong-royong," tutur Mendikbudristek.
Sementara menurut Direktur Jenderal (Dirjen) Kebudayaan Kemendikbudristek, Hilmar Farid mengungkapkan, bahwa Pemerintah berupaya mengajukan Jalur Rempah sebagai Warisan Budaya Dunia yang diakui oleh United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) di tahun 2024 mendatang.
“Kami mengajak masyarakat untuk mendukung pengakuan Jalur Rempah sebagai Warisan Budaya Dunia UNESCO. Mari menggali kejayaan bahari Indonesia di setiap simpul Jalur Rempah untuk membangun masa depan Indonesia Merdeka Berbudaya,” ajak Hilmar Farid.
Editor : Arbi Anugrah
Artikel Terkait