Diseberang mushola terdapat tower penampungan air bersih, setelah itu ada gedung untuk memberikan pembekalan kepada calon transmigran bagaimana cara memelihara kambing dan sapi, bentuknya seperti kandang ternak.
Setelah melalui pintu teralis, lanjut dia ada gedung utama yang digunakan untuk para peserta transmigrasi memulai kegiatan pagi harinya seperti absensi dan lain lain. Sebelahnya terdapat ruang ruang kelas untuk memberikan ilmu pembelajaran.
"Gedungnya di tengah,, tak jauh dari situ ada semacam tempat makan bersama. Mereka diberikan pendidikan transmigrasi selama 3 bulan, jadi selama itu mereka tidak pulang, jadi selesai diberikan pendidikan mereka kemudian diberangkatkan ke lokasi mereka inginnya dimana," ujarnya.
Ke arah barat lagi, lanjutnya ada contoh rumah transmigran, rumah yang nantinya mereka tempati saat berada di daerah transmigrasi. di mana rumah tersebut berbentuk separuh tembok dan separuh kayu, dalam beberapa konten disebut sebagai rumah dukun.
"Dulu ada 10 rumah berjejer, sekarang sisa dua rumah, yang lain sudah hancur termakan usia. Adapun rumah ini juga dulu fungsikan untuk menginap," jelasnya.
Terkait cerita sebelum dibangun tempat pelatihan transmigrasi Gunung Tugel, dijelaskan Babeh Berto jika sempat ditemukan mayat korban pembunuhan. Namun kejadian tersebut sekitar tahun 1985, bahkan dirinya beserta aparat keamanan yang mengevakuasi mayat tersebut.
Melangkah lebih ke barat lagi, terdapat bekas kandang ayam, tempat mengajarkan para calon transmigran untuk memelihara ayam. Saat ini sudah tertutup rumput rimbun. "Jadi tidak pernah ada ritual atau apapun disini, di sini aman damai," ungkapnya.
Editor : Arbi Anugrah