"Amplitudo normal goyangan Chandler adalah sekira 3 hingga 4m di permukaan Bumi," kata Zotov kepada Timeanddate, "Tetapi dari 2017 hingga 2020 menghilang."
Beberapa ahli percaya pencairan dan pembekuan kembali lapisan es di gunung tertinggi di dunia dapat berkontribusi pada kecepatan Bumi yang tidak teratur.
"Bumi telah mencatat hari terpendeknya sejak para ilmuwan mulai menggunakan jam atom untuk mengukur kecepatan rotasinya," lapor Timeanddate.
"Pada 29 Juni 2022, Bumi menyelesaikan satu putaran dalam 1,59 milidetik kurang dari 24 jam. Ini adalah yang terbaru dalam serangkaian rekor kecepatan untuk Bumi sejak 2020."
Sementara Profesor Zotov mengatakan bahwa ada 70 persen kemungkinan Bumi telah mencapai panjang minimum hari. Ini berarti manusia mungkin tidak akan pernah menggunakan detik kabisat negatif. Namun, ia mengaku belum mengetahui secara pasti dengan teknologi saat ini.
Efek kedua negatif dan konsekuensi potensialnya bergema kembali ke teori Y2K, di mana banyak yang percaya komputer tidak akan mampu menangani jam yang terus berdetak hingga milenium baru.
Meskipun Y2K pada akhirnya terbukti tidak lebih dari sekadar masalah dalam peradaban manusia yang sangat terkomputerisasi, batasan pemrograman lain terdeteksi pada tahun 2014.
Sebagian besar server komputer menggunakan sistem yang sama yang menyimpan tanggal dan waktu dalam bilangan bulat 32-bit yang menghitung jumlah detik sejak 1 Januari 1970, sering disebut sebagai waktu Epoch.
Pada 19 Maret 2038, tepatnya 03:14:07 (waktu universal terkoordinasi), jam akan mencapai angka terbesar yang dapat diwakili oleh bilangan bulat 32 bit.
Seperti apa adanya, kemungkinan besar banyak komputer tidak akan dapat membedakan antara tahun 2038 dan 1970. Namun, pada tahun 2038, banyak sistem 32-bit kemungkinan akan aus atau diganti.
Editor : EldeJoyosemito