Kelahiran Muhammadiyah sebagai sebuah organisasi untuk mengaktualisasikan gagasan-gagasannya merupakan hasil interaksi Kiai Dahlan dengan anggota Boedi Oetomo yang tertarik dengan masalah agama, yakni R. Budihardjo dan R. Sosrosugondo. Gagasan itu juga merupakan saran dari salah seorang siswanya di Kweekscholl Jetis, Kyai mengajar agama pada sekolah tersebut secara ekstrakulikuler.
Siswa tersebut menyarankan agar kegiatan pendidikan yang dirintis Kiai Dahlan tidak diurus olehnya sendiri tetapi oleh suatu organisasi agar terdapat kesinambungan setelah dirinya wafat. Lambat laun, nama Muhammadiyah pada mulanya diusulkan oleh kerabat dan sekaligus sahabat Kiai Dahlan yang bernama Muhammad Sangidu, seorang Ketib Anom Kraton Yogyakarta.
Pada akhirnya, nama itu diputuskan Kiai Dahlan selepas melakukan salat istikharah. "Pilihan untuk mendirikan Muhammadiyah memiliki dimensi spiritualitas yang tinggi sebagaimana tradisi kiai atau dunia pesantren," jelasnya.
Kata Muhammadiyah sendiri secara bahasa berarti pengikut Nabi Muhammad. Adapun penggunaan nama tersebut dimaksudkan untuk menghubungkan dengan ajaran dan jejak perjuangan Nabi Muhammad.
Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta