PURWOKERTO, iNewsPurwokerto.id- Di sebuah senja, di rumah susun di Jakarta, mahasiswa bernama Biru Laut disergap empat lelaki tak dikenal. Bersama kawan-kawannya, Daniel Tambunan, Sunu Dyantoro, Alex Perazon, dia dibawa ke sebuah tempat yang tak dikenal. Berbulan-bulan mereka disekap, diinterogasi, dipukul, ditendang, digantung, dan disetrum agar bersedia menjawab satu pertanyaan penting: siapakah yang berdiri di balik gerakan aktivis dan mahasiswa saat itu.
"Matilah engkau mati, kau akan lahir berkali-kali.." sebuah kalimat pembuka yang dikutip iNewsPurwokerto.id dalam novel Laut Bercerita.
Novel ini mengisahkan perjuangan Biru Laut dan mahasiswa lainnya pada tahun 1998. Sejak awal bukunya pembaca akan disuguhi kekerasan demi kekerasan yang diterima Laut dan aktivis mahasiswa lain. Mulai dari ditendang, dipukul, dibaringkan dalam balok es, disetrum, hingga ditenggelamkan ke dalam lautan dengan kaki yang terborgol.
Leila Chudori, penulis novel Laut Bercerita ini menyajikannya dengan sangat apik. Bahasa yang sederhana dan mampu membawa pembaca turut hanyut ke dalam ceritanya. Seakan pembaca turut merasakan kesakitan yang dirasakan Laut dan aktivis mahasiswa lainnya.
Selain kekerasan saat interogasi di awal, buku ini disajikan dengan dua sudut pandang. Pertama sudut pandang Biru Laut, yang lebih banyak bercerita tentang kegiatan selama menjadi aktivis mahasiswa dan kekerasan-kekerasan yang mereka alami.
Kemudian kedua sudut pandang Asmara Jati, adik Biru Laut. Dalam bagian kedua ini lebih banyak mengisahkan tentang keluarga yang kehilangan. Tentang penantian seorang adik, orangtua, sahabat, dan kekasih yang kehilangan orang yang dicintai.
Betapa hancurnya seorang ibu yang harus kehilangan anaknya tanpa tahu ada di mana tubuhnya. Betapa sakitnya seorang kekasih, Ratih Anjani, yang menolak kenyataan kepergian lelakinya.
Fakta demi fakta mulai terungkap dalam sudut pandang Asmara Jati ini. Mulai pengkhianatan salah satu anggota aktivis mahasiswa yang cukup dipercaya, hingga titik terang keberadaan Biru Laut.
Berbagai upaya pun dilakukan Asmara Jati demi mendapat kabar kepastian kakaknya antara hidup atau sudah meninggal. Hingga upaya bergabung bersama tim komisi orang hilang di tahun 2000, mencoba menuntut hak kepada negara atas kehilangan keluarga mereka.
Buku ini berhasil membuat siapa pun yang membacanya merasakan kesakitan, dan membenci apa yang dilakukan terhadap para aktivis mahasiswa pada masa itu.
Seperti yang dikutip iNewsPurwokerto.id melalui Instagram Kepustakaan Populer Gramedia, novel Laut Bercerita telah dicetak ulang sampai 45 kali dalam kurun waktu yang cukup singkat. Bahkan, di bulan Agustus, buku terbitan Kepustakaan Populer Gramedia ini telah dicetak ulang dalam versi Hard Cover. Buat yang penasaran bisa langsung beli di toko buku terdekat ya.
Editor : Alfiatin