Mereka hanya akan bertemu binatang buas seperti buaya dan harimau. Kalau tidak mampu bertahan, para tahanan akan mati karena gigitan nyamuk malaria. Oleh sebab itu, Boven Digoel disebut kamp tahanan paling menyeramkan yang dimiliki Hindia Belanda.
Puluhan tokoh pejuang kemerdekaan pernah mencicipi kamp konsentrasi ini, bahkan meninggal di Boven Digoel. Menurut buku sejarah terbitan Balai Pustaka tempat ini digunakan sebagai lokasi pembuangan sekitar 1.300 orang. Tidak hanya tokoh PKI, Belanda juga mengasingan tokoh perlawanan berbasis Islam di tempat ini.
Beberapa tokoh pernah merasakan pengsingan di Boven Digel di antaranya Sayuti Melik (1927-1938) dan Mohammad Hatta (1935-1936). Sebagai penanda Hatta pernah datang, dibangun sebuah monumen di Boven Digoel.
Selain itu ada Sutan Sjahrir dan Muchtar Lutffi, Ilyas Yacub (tokoh PERMI dan PSII Minangkabau) serta Mas Marco Kartodikromo yang wafat dan dimakamkan di Digoel pada 1935. Dua orang terakhir yang dikirim ke Boven Digoel adalah Semaun dan Darsono, penggerak pemogokan buruh pada 1923.
Boven Digoel akhirnya ditutup Belanda setelah kalah dari Jepang di awal Perang Asia Pasifik. Para tahanan dipindahkan ke Australia, sebagian dijadikan KNIL atau tentara Kerajaan Belanda.
Namun, itu semua merupakan sejarah masa lalu. Tentu wajah Boven Digoel kini telah banyak berubah.
Editor : Arbi Anugrah