Logo Network
Network

Mengenal Boven Digoel, Kamp Pengasingan Tahanan Politik Zaman Hindia Belanda

Muhibudin Kamali
.
Minggu, 11 September 2022 | 10:37 WIB
Mengenal Boven Digoel, Kamp Pengasingan Tahanan Politik Zaman Hindia Belanda
Nama Boven Digoel terkenal dalam berbagai sejarah dan catatan populer masa kolonial Belanda sebagai tempat kamp pembuangan atau pengasingan tahanan politik. (Foto: Arsip Nasional)

JAKARTA, iNewsPurwokerto.id - Nama Boven Digoel terkenal dalam berbagai sejarah dan catatan populer masa kolonial Belanda sebagai tempat kamp pembuangan atau pengasingan (interneeringskamp) tahanan politik. Kamp ini berfungsi sebagai penjara bagi mereka yang dianggap subversif pada pemerintah Belanda, dibangun oleh Kapten Infanteri L Th Becking pada 27 Januari 1927 di masa Gubernur Jenderal De Graeff.

Boven Digoel berarti Digoel bagian atas atau hulu. Keberadaannya tidak bisa dilepaskan dari Sungai Digoel di Papua bagian selatan.

Berlokasi di tepi Sungai Digoel, kamp ini dibangun setelah terjadi pemberontakan komunis di Banten pada 1926 dan di Sumatra Barat pada 1927. Wilayah kamp konsentrasi dibangun dengan menggunakan tenaga orang-orang buangan (geinterneerden) yang datang pertama ke Boven Digoel. Area ini kemudian dikenal dengan nama Tanah Merah.

Menurut situs resmi Kabupaten Boven Digoel, awalnya geinterneerden tersebut tinggal di 14 rumah darurat atau los. Masing-masing los panjangnya sekitar 30 meter dengan atap rumbia. Para geinterneerden yang membawa anak-istri tinggal dalam los yang sama. Sementara geinterneerden yang bujangan dikumpulkan pada los yang lain.

Selain 14 los untuk tempat tinggal bagi geinterneerden, terdapat 1 los yang diperuntukan sebagai dapur umum. Para geinterneerden yang datang pertama tersebut kemudian membangun perkampungan yang disebut sebagai Kampung A.

Berikutnya, semakin banyak geinterneerden yang berdatangan. Hal ini meendorong munculnya kampung-kampung yang lain yang diberi nama Kampung B, Kampung C, Kampung D, Kampung E, Kampung F, dan Kampung G yang semakin menjauh ke atas dari tepian sungai.

Rumah-rumah yang lebih permanen dibangun dengan atap dari seng, dinding dari kayu nibung dan berlantai tanah. Permukiman geinterneerden diberi batas, di titik-titik tertentu yang berbatasan dengan hutan terdapat pos penjagaan.

Boven Digoel bukan penjara biasa. Tempat ini lebih mirip penjara alam. Tidak perlu menggunakan kekerasan, para tahanan akan tersiksa dengan sendirinya. Hidup terasing, terisolasi dari dunia luar. Hanya berteman rimba belantara. Mereka yang mencoba melarikan diri sudah pasti gagal.

Follow Berita iNews Purwokerto di Google News

Halaman : 1 2 3
Bagikan Artikel Ini