Lengger Banyumas, sambung dia, yang sudah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda (WBTb) yang dilestarikan dan dikembangkan agar menjadi kebanggaan masyarakat.
Pihaknya bercita-cita komplek Pendapa Yudhanegara, Kecamatan Banyumas menjadi sentra kegiatan budaya dan kesenian.
Dia juga mengapresiasi seniman yang menggelar pementasan ini secara terbatas dan daring. Ini menjadi bukti bahwa pelaku seni bisa beradaptasi dengan kondisi pandemi yang belum usai.
Adapun pagelaran Metamorfosa Lengger ini, memadukan lintas disiplin seni. Pentas kolaboratif dalam program Fasilitasi Bidang Kebudayaan ini menampilkan kisah perjalanan panjang proses pendokumentasian seni dan riset yang menandai kelahiran satu tahun Rumah Lengger.
Pertunjukan ini mengangkat empat bentuk kesenian yang mencakup koreografi tari, film, musik tradisi dan seni rupa. Untuk tari, koreografinya mengeksplorasi Lengger Barangan, Lengger Sintren, dan Calengsai (Calung Lengger Barongsai)
Menurut Rianto, produser sekaligus koreografer tari "Metamorfosa Lengger", pementasan tidak sekadar memadukan unsur budaya Jawa dan Tionghoa.
Tapi juga berkolaborasi pemutaran film dan musik tradisi. Sedang seni rupa terintegrasi sebagai bagian dari panggung pementasan dan sarana pertunjukan tari.
Di sela pentas, penonton menyaksikan tiga buah film tentang perjalanan kesenian lengger tradisional yang berkeliling kampung untuk manggung. Selanjutnya, kesenian lengger berpadu dengan sintren hingga kelahiran seni Calengsai.
Tampilan tata panggung yang apik dan dukungan tata lampu dan kamera yang menawan menambah greget cerita perubahan kesenian lengger dari masa ke masa secara ringan dan menarik.
Editor : Arbi Anugrah