Ketika keadaan tenang, pasukan gabungan ini pun keluar dari hutan untuk kembali melakukan penyusupan. Namun, pasukan gabungan ini dikejutkan dengan kondisi sebuah kampung yang telah rata dengan tanah akibat dibakar tentara Belanda. Melihat kondisi pasukan gabungan yang mulai menurun. Letda Inf Agus Hernoto memutuskan untuk beristirahat di sebuah kebun pala.
Belum sempat melepas lelah, tiba-tiba muncul serangan mendadak dari pasukan Marinir Belanda. Kontak tembak pun tak terelakan. Dalam pertempuran itu, Agus Hernoto mengalami luka tembak di kedua kakinya. Di kemudian hari, kedua kaki Agus Hernoto harus diamputasi karena membusuk.
Pada pertempuran sengit tersebut tiga anggota PGT dan dua anggota RPKAD gugur. Begitu juga Pardjo, dia pun roboh usai terkena terjangan peluru tentara Belanda.
Tak kehilangan akal, sebagai upaya menyelamatkan diri dari serangan pasukan Belanda, Pardjo kemudian merangkak, bergerak perlahan untuk bersembunyi di balik jasad rekan-rekannya yang telah gugur. Pardjo bahkan menyamar menjadi mayat sehingga dianggap telah tewas demi menyelamatkan diri. Apalagi, usai pertempuran tentara Belanda terus melakukan patroli.
Karena keadaan itu, membuat Pardjo tidak bisa bergerak dari lokasinya. Bahkan, Pardjo terpaksa harus tidur selama lima hari di antara jasad teman-temannya yang telah gugur. Upaya penyelamatan itu pun membuahkan hasil. Pardjo akhirnya diselamatkan oleh warga setempat yang membawanya ke permukiman untuk dirawat.
Editor : Arbi Anugrah