MENGAJARKAN anak mulai berdakwah sejak dini adalah hal yang baik. Tinggal lagi bagaimana orantua mendidik ilmu agama terlebih dahulu kepada anak-anak.
Seorang pengemban dakwah tidak akan lahir begitu saja. Ia lahir melalui proses dan upaya terus-menerus, bahkan dari sejak masa kanak-kanak. Karena itu, mengajak anak “berdakwah” sedari dini sangatlah penting.
Dengan begitu, anak-anak akan terbiasa dengan kegiatan dakwah agar akhirnya dia juga bercita-cita menjadi pengemban dakwah yang baik.
Bagaimana mengajarkan anak agar terbiasa berdakwah sejak dini? Pemerhati pendidikan anak Zulia Ilmawati memaparkan beberapa kiatnya.
1. Mengajak anak dalam kegiatan dakwah
Melibatkan anak dalam aktivitas dakwah penting untuk memberikan contoh dan lingkungan yang kondusif. Dengan begitu, suasana dakwah sudah bisa dirasakan anak sejak dini. Ajaklah anak turut serta ketika kita menjadi peserta atau pembicara dalam pengajian, diskusi, seminar atau bahkan aksi-aksi ‘protes’ di jalan. Hal itu bisa menjadi sarana latihan dakwah buat anak, sekaligus sebagai sarana rekreasi keluarga.
Sesampai di rumah, anak bisa diminta pendapatnya tentang kegiatan yang baru saja ia ikuti. Bisa juga ditanya tenang materi yang dismpaikan orang tua, respon atau tanggapan para peserta, bahkan mungkin tanpa kita duga ia juga mempunyai kritik dan saran buat kita. Namun, sebelum memutuskan untuk mengajak anak pergi berdakwah, tentu harus dipertimbangkan kondisi kesiapan anak. Karena itu, lakukan persiapan seperlunya agar anak di sana bisa merasa nyaman dan tidak malah menimbulkan masalah.
Sambil mengajak anak berdakwah, jelaskan kepada mereka bahwa dakwah adalah kewajiban setiap Muslim. Jika perlu, kenalkan dalil-dalil tentang kewajiban berdakwah. Jelaskan pula bahwa Islam bukan hanya mengajarkan sebatas ibadah seperti shalat, puasa, zakat, dan haji tetapi juga berdakwah. Ajaklah anak-anak mulai menghapal ayat-ayat atau hadis yang berbicara tentang kewajiban berdakwah. Surah al-Ashr, misalnya, sangat populer di kalangan anak-anak; bahkan selalu dibaca sebelum anak-anak puang sekolah.
2. Bahu-Membahu dalam dakwah
Mengajak anak terlibat dalam dakwah bisa dilakukan secara tidak langsung. Misalnya dengan membantu orang tua saat orang tua tidak di rumah. Ketika ibu harus bergegas pergi untuk siaran di radio saat pagi hari, ajaklah anak yang besar membantu adiknya menyiapkan keperluan sekolah, atau membantu membereskan rumah. Dengan begitu, ketika ibu kembali, rumah sudah rapi dan si adik sudah siap berangkat ke sekolah. Dengan cara itu, anak akan melihat langsung kesibukan orang tuanya dalam dakwah; anak juga bisa merasakan langsung bagaimana ia ternyata bisa membantu mendukung dakwah meski hanya dengan melakukan sebagian kecil pekerjaan ibu di rumah.
3. Ikut menemui tamu
Ketika ada tamu atau mungkin rapat dakwah di rumah, anak-anak kadang ikut nimbrung. Biarkanlah dia di situ. Dengan cara itu, ia akan mendegarkan perbincangan dakwah, dan secara tidak langsung akan belajar bagaimana orangtua dan tamunya menyelesaikan persoalan dakwah.
4. Mabit(malam bina iman dan takwa)
Untuk memberikan pengalaman praktis dalam berdakwah, ajaklah anak untuk mengikuti acara dakwah untuk anak-anak. Acara seperti Pildacil bagus sebagai arena belajar. Bisa juga dalam acara Mabit (malam bina iman dan takwa), misalnya, anak diminta untuk memberikan kultum setelah shalat berjamaah. Hal ini akan melatih keberanian sekaligus pengalaman yang sangat berharga buat anak.
Meski demikian, harus juga diberi penjelasan bahwa bukan hanya ceramah di depan orang banyak. Mengajak orang ke jalan Islam, apapun bentuknya, adalah juga kegiatan dakwah. Jika perlu, siapkanlah hadiah spesial untuk pemenang agar anak bersemangat dan berusaha tampil sempurna.
5. Suasana rumah
Cara terpenting untuk mengajak anak berdakwah adalah dengan kita menciptakan suasanan dakwah di rumah kita. Misalnya dengan mengembangkan kebiasaan saling menasehati atau seringnya rumah dijadikan tempat dakwah. Tersedianya buku-buku dan majalah yang membicarakan dakwah juga akan membantu terciptanya suasana dakwah.
Singkat kata, penting ditanamkan kepada anak bahwa kehidupan seorang Muslim mestinya adalah kehidupan dakwah. Sampaikan kepadanya bahwa kehidupan Rasulullah saw. dan para Sahabat tidak pernah lepas dari kehidupan dakwah.
Ceritakan bagaimana perjuangan Rasulullah saw. dan para Sahabat menyebarkan Islam ke seluruh dunia. Contohnya adalah Bilal yang begitu istiqamah mempertahankan akidahnya sekaligus sebagi muazin kepercayaan Rasulullah, Thariq Bin Ziyad penakluk Spanyol, Muhammad al-Fatih penakluk Konstatinopel, atau Asma putri Abu Bakar yang sangat berani dalam membantu kesuksesan hijrah Rasulullah SAW . Cerita-cerita seperti pasti akan melekat erat dan memberikan motivasi pada anak untuk semangat dan berani berdakwah. Cerita dakwah Rasul dan para sahabat juga penting disampaikan untuk mengimbangi kisah tahayul yang banyak beredar di tivi dan majalah.
Sesekali penting untuk disampaikan kepada anak janji-janji Allah untuk para pengemban dakwah. Dalil-dalil ini, jika disampaikan pada anak dengan penjelasan yang baik, akan dapat menumbuhkan semangat dan motivasi untuk melakukan dakwah. Tidak ada salahnya jika anak juga diberikan penjelasan yang benar tentang jihad. Jika dakwah dilancarkan dengan jihad, Allah berjanji akan mengampuni semua dosa, memberikan pertolongan dan kemenangan yang dekat sebagaimanan tersebut dalam QS ash-Shaff ayat 10-13. Tanamkan pada anak agar mati syahid menjadi cita-cita tertinggi.
6. Membiasakan saling menasehati
“Manusia adalah tempatnya keliru dan lupa,” sabda Rasulullah SAW . Karena itu, wajar kalau manusia acap bertindak menyimpang dari tuntunan agama, baik secara khilaf ataupun karena dorongan hawa nafsu. Di sinilah pentingnya peringatan dan nasihat dari sesama Muslim. Alquran menyebut aktivitas thawshiyah bi al-haq dan thawshiyah bi ash-shabr sebagai ciri orang yang beriman dan beruntung. Tunjukkan pada anak kebiasaan nasihat-menasihati ini; ibu kepada bapak atau sebaliknya; bahkan juga anak kepada orangtua. Tanamkan pada anak bahwa sesungguhnya dakwah merupakan cermin dari kepedulian seorang Muslim terhadap Muslim lainnya, bahkan sesama manusia. Dengan dakwah, umat Islam dihindarkan dari sikap individualitas yang tidak peduli akan nasib sesama.
7. Diskusi hangat
Ketika tengah melihat tivi atau membaca Koran biasanya ada topik yang menarik. Misalnya soal kedatangan Presiden Bush ke Indonesia, kehancuran Irak, perlawanan anak-anak Palestina terhadap Israel; atau mungkin ada berita musibah banjir, gunung meletus, tsunami yang menimbulkan kerusakan hebat dan penderitan yang meluas; atau soal kehidupan sebagian anggota masyarakat yang berada pada kemiskinan dan cacat.
Semua itu bisa menjadi bahan perbincangan yang hangat dengan anak-anak. Bagus jika anak sudah langsung dapat bisa berkomentar dan memberikan pendapat. Kita tinggal menambahi atau memberikan arahan serta solusi menurut Islam. Cara ini sangat efektif untuk mengajak anak peduli terhadap persoalan umat. Jelaskan pada anak bahwa cuek terhadap persoalan umat bukanlah sikap seorang Muslim. seorang Muslim mestinya seperti kata Rasulullah: peduli terhadap keadaan Muslim yang lain. Karena itu, jelas sekali bahwa kepedulian terhadap persalan umat Islam harus mulai ditumbuhkan kepada anak-anak sejak dini.
Wallahu A’lam.
Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta