Sejak diluncurkan pada 2018, robot barista Ella sudah menghasilkan lebih dari 35 juta dolar Amerika Serikat (AS) atau setara Rp502 miliar.
Robot ini beroperasi sepanjang waktu dan dapat menyajikan hingga 200 cangkir kopi per jam. Jumlah ini empat kali lebih banyak dari kopi yang disajikan oleh barista manusia pada umumnya.
Selain menyajikan dengan cepat, efisiensi ini juga berpengaruh pada biaya yang harus dibayar konsumen. Sebagai contohnya, satu cangkir latte di Singapura biasanya dijual dengan harga sekitar 4,5 dolar AS, Ella menjual latte dengan harga 3 dolar AS.
Crown Digital merancang robot Ella agar mampu mendeteksi serta mengatasi tumpahan atau kesalahan yang terjadi pada sistemnya. Keith menyatakan, teknologi ini didesain untuk lokasi dengan tingkat kepadatan tinggi di mana kecepatan adalah hal yang diutamakan, seperti bandara atau kantor.
“Ada peluang di mana Anda hanya ingin kecepatan, konsistensi, dan kemudahan pemesanan, di situlah robotika benar-benar dapat berperan,” ujar Keith Tan.
Karena semakin banyak orang yang sadar akan kebersihan selama pandemi, Tan mengamankan ruang ritel permanen pertama Ella di salah satu pusat perbelanjaan pusat Singapura pada 2020.
Crown Digital sejak itu menandatangani kesepakatan untuk meluncurkan robot barista di pemberhentian tertentu di jaringan 1.657 stasiun East Japan Railway Company, dan di 30 stasiun kereta bawah tanah di Singapura yang dioperasikan oleh SMRT.
Robot barista Ella membuat kopi yang tersedia untuk 18 juta komuter gabungan setiap hari. “Kami sedang menata ulang bagaimana kopi dapat disajikan kepada konsumen melalui titik sentuh digital,” kata Tan.
Kedua operator transportasi juga telah berinvestasi di Crown Digital, sehingga total pendanaannya menjadi 3,1 juta dolar Amerika Serikat dan menilainya lebih dari 35 juta dolar AS.
Setelah sukses dengan Robot Barista Ella, Keith Tan pun berencana mengembangkan bisnisnya untuk menyediakan teknologi guna mengatasi kesulitan pebisnis di sektor Food & Beverage.
Editor : Arbi Anugrah