JAKARTA, iNewsPurwokerto.id – Sopir bus PO Kencana, Bu Yayuk meninggal dunia. Kabar ini membuat dunia transportasi berduka. Pemilik nama lengkap Theresia Bekti Rahayu itu meninggal pada usia 52 tahun.
"Inna lillahi wa inna ilaihi roji'un Theresia Bekti Rahayu (Bu Yayuk) Driver Wanita. Semoga seluruh amal dan ibadah almarhumah diterima di sisi Allah," tulis PO Kencana mengabarkan kepada followernya di Instagram.
Dalam dunia transportasi, Bu Yayuk dikenal sebagai sopir bus yang mahir mengendarai bus, bahkan aksi Bu Yayuk viral saat mengendarai bus dengan menggunakan daster. Kala itu, netizen heboh karena ada emak-emak yang jago nyetir bus.
Di balik kisahnya tersebut, ternyata kisah perjalanan hidup bu Yayuk penuh inspiratif. Kala itu, Bu Yayuk masih menjadi sopir bus utama PO Haryanto.
Jauh sebelum menjadi sopir bus antar kota antar provinsi (AKAP), Bu Yayuk sempat menjadi sopir bus Transjakarta. Prestasinya saat menjadi sopir bus Transjakarta sempat mendapat peringkat terbaik di tahun 2005. Pada 2015 Bu Yayuk akhirnya ikut bergabung dengan PO Haryanto
“Kalau resmi di PO Haryanto sudah 6 tahun (7 tahun), sebelumnya cuma nyerep-nyerep. Jadi sopir bus sejak 2005, waktu itu TransJakarta buka lowongan besar-besaran, launching koridor pertama Blok M-Kota,” kata Bu Yayuk dikutip dari kanal YouTube Mata Lensa, Minggu (15/1/2023).
Perempuan kelahiran 9 November 1972 ini mengungkapkan keputusannya menjadi sopir bus karena untuk memenuhi kebutuhan hidup. Sebelum menjadi sopir bus, ia bahkan pernah membuka grosir sembako di Pasar Wonogiri hingga memiliki karyawan empat.
Namun akibat kebakaran di pasar Wonogiri, usaha Bu Yayuk terpaksa gulung tikar. "Saya yang termasuk kena imbasnya sampai gulung tikar," kata Yayuk.
Ia lantas berusaha bangkit. Di tengah cobaan yang melanda keluarga, anaknya diterima masuk perguruan tinggi negeri. Dia kemudian berfikir keras dan berusaha mencari jalan untuk membiayai keluarga dan kuliah sang anak.
"Waktu itu anak saya masuk UMPTN, pada 2005 saya nekat merantau ke Jakarta. Ada lowongan dari Transjakarta zaman Gubernur Soetiyoso. Saya diterima," katanya.
"Waktu itu saya single parent dari situ saya bisa sekolahin anak-anak hingga kelar sarjana semua," ujar Bu Yayuk di kanal YouTube Pak Bero2 Official.
Bu Yayuk lantas menjalani profesi sebagai sopir bus dengan ikhlas hingga akhir hayatnya, apalagi dirinya sudah mengenal dunia transportasi sejak kecil. Sebab itu, dia bertahan sebagai sopir bus dari PO Haryanto hingga akhirnya pindah ke PO Kencana.
“Kalau di dunia bus itu sekitar tahun 1985 sudah terjun di perbusan. Dulu suami saya (suami pertama) anak pemilik bus Purwo Widodo. Jadi megang unit bus itu sejak dari punya sendiri. Kebetulan orang tua juga bergerak di bisnis transportasi, cuma armada kecil. Jadi saya bergelut dengan kendaraan sejak kecil. Bahkan bisa nyetir sejak kelas 5 SD,” ujar Yayuk dalam kanal YouTube Bima Rahmatulloh.
Bu Yayuk yang telah menikah kembali sangat senang menjalani profesinya sebagai sopir. Terlebih, jika ada penumpang yang mengucapkan terima kasih membuatnya merasa lega telah memudahkan urusan orang lain.
“Semua pekerjaan itu kalau kita bisa menempatkan diri pasti nyaman. Kebetulan saya senang nyupir, ya udah ketemu titik nyamannya di sini. Anggapan jadi sopir AKAP capek itu salah, jam kerjanya sama saja seperti di perusahaan-perusahaan,” katanya.
Layaknya seorang nenek, ketika libur tiba, ia sering meluangkan waktunya untuk bermain dengan sang cucu. Apalagi, sebagai sopir bus bersama sang suami juga mempengaruhi pendapatannya per bulan.
“Sebulan saya bisa 12 kali PP, jadi ditotal sama suami itu 24 kali PP. Itu hitungannya sudah Rp6 juta. Kalau untuk keperluan rumah itu dari suami saya, yang dia dapet dari paketan itu dibelikan beras. Kalau saya bayar cicilan, ya masih ada sisa-sisa sedikit untuk nabung. Alhamdulillah bisa kebeli Xenia seken,” ujar Yayuk dalam unggahan video di kanal YouTube PO Haryanto Official.
Editor : Arbi Anugrah