JAKARTA, iNewsPurwokerto.id - Momen perayaan Idul Fitri mantan Presiden Soeharto masih segar dalam ingatan sang keponakan. Pemilik julukan Jenderal murah senyum itu pun masih terekam saat membagikan angpao kepada keponakannya. Bukan uang lembaran, tapi hadiah berupa tabungan pembangunan nasional (Tabanas).
Mantan Rektor Mercu Buana Jakarta Arissetyanto Nugroho mengenang tentang hadiah Idul Fitri yang diberikan tersebut dalam sebuah buku berjudul Pak Harto The Untold Stories (2012). Arissetyanto sendiri masih kerabat Cendana yang merupakan anak dari Soehardjo Soebardi dan Noek Bressinah Soeharjo. Noek Bressinah sendiri adalah adik perempuan Soeharto.
Sejak kecil Arissettyanto mengaku sudah sering berkunjung ke rumah Soeharto. Pertemuan pertamanya dengan Presiden Soeharto adalah ketika dia berusia 2 tahun, ketika ibu dan ayahnya mengunjungi Cendana di Hari Raya Idul Fitri tahun 1971.
"Sejak saat itu hingga kami duduk di sekolah dasar, hampir dua sampai tiga kali seminggu, saya dan Yani (adik Ari), diajak sowan kepada Pakde dan Bude Harto," tutur Arissetyanto Nugroho dikutip, Jumat (21/4/2023).
Ada tradisi yang selalu diucapkan Tien Soeharto saat berkunjung ke Cendana. Dia selalu bertanya apakah dia sudah makan atau belum. Meski menjawab sudah makan, perempuan yang akrab disapa Ibu Tien itu kerap tak percaya.
"Kowe ora oleh mangan nang kene karo ibumu yo (kamu tidak boleh makan di sini sama ibumu ya)," tanya Ibu Tien.
Arissetyanto mengatakan, dirinya mulai berpuasa selama satu bulan penuh pada usia 10 tahun. Menjelang Lebaran, ia dan keluarga selalu mengunjungi kediaman Presiden Soeharto, seperti lebaran tahun-tahun sebelumnya.
Pak Harto yang tahu jika dirinya bisa menuntaskan puasa penuh, akhirnya memberikan kado istimewa. Tidak ada uang tunai atau mainan untuk anak-anak, tapi hanya tabungan.
"Melalui Ibu Tien, Pak Harto berkenan memberi saya hadiah berupa Tabanas," tutur Ari.
Ari mengaku mendapat pelajaran berharga dari penghargaan berupa hadiah tabungan ini. Bahwa orang berprestasi harus diberi penghargaan dan kehidupan esok harus selalu dipersiapkan dengan menabung.
Ari menuturkan, pada malam menjelang Hari Raya Idul Fitri, Pak Harto dan Ibu Tien biasanya membagikan bingkisan kepada keluarga, kerabat, dan karyawan. Untuk wanita mendapat kain batik dan untuk pria diberikan bahan jas. Kain dan bahan tersebut diharapkan dapat digunakan saat mengunjungi Cendana.
"Di sini saya memahami bahwa penyeragaman tidak selalu berkonotasi buruk. Kami diajari bahwa walaupun dengan status sosial yang sudah sedemikian tinggi, kami harus tetap memiliki rasa kesetiakawanan sosial," katanya.
Editor : Arbi Anugrah