get app
inews
Aa Text
Read Next : Tinjau Gudang Logistik KPU, Pj Bupati Banyumas Pastikan Surat Suara Pilkada Aman

Kisah Pj Bupati Banyumas Diberi Iket oleh Bedogol Saat Sowan ke Komunitas Adat Bonokeling

Senin, 02 Oktober 2023 | 09:09 WIB
header img
Penjabat (Pj) Bupati Banyumas, Hanung Cahyo Saputro, melakukan kunjungan silaturahmi ke masyarakat adat Bonokeling di Desa Pekuncen, Kecamatan Jatilawang. (Foto: Istimewa)

PURWOKERTO, iNewsPurwokerto.id-Penjabat (Pj) Bupati Banyumas, Hanung Cahyo Saputro, melakukan kunjungan silaturahmi ke masyarakat adat Bonokeling di Desa Pekuncen, Kecamatan Jatilawang. 

Dalam kunjungannya, ia memohon restu agar dalam menjalankan tugasnya sebagai Pj Bupati Banyumas dapat memberikan pelayanan yang optimal kepada masyarakat. Selama kunjungan tersebut, Hanung juga diberikan sebuah iket (penutup kepala) oleh Tetua Adat Bonokeling sebagai tanda penghormatan dan restu.

Kunjungan silaturahmi ini berlangsung setelah upacara peringatan Hari Kesaktian Pancasila dan sarasehan bersama Pj Bupati Banyumas di Lapangan Tunggul Jati, Desa Pekuncen, Kecamatan Jatilawang, pada Minggu (1/10/2023).

Sebelum mengunjungi rumah adat masyarakat adat Bonokeling, Hanung juga menggelar slametan atau doa bersama serta makan bersama dengan warga di lapangan.

Doa bersama dipimpin oleh salah satu Tetua Adat Bonokeling dan Tokoh Agama Islam, kemudian diikuti dengan prosesi nguyeg tumpeng yang dilakukan oleh Pj Bupati. 

Prosesi nguyeg tumpeng ini melibatkan menekan tumpeng yang berisi ingkung ayam dalam gunungan nasi dengan tangan. Setelah itu, nasi tumpeng dimakan bersama sambil berdialog.

Setelah prosesi nguyeg tumpeng dan makan bersama, Hanung dan Bedogol (Rama Kiai Kunci) serta tetua masyarakat adat Bonokeling dan masyarakat setempat berjalan bersama ke rumah adat. Mereka berjalan sekitar satu kilometer dari lapangan. 

Di kompleks rumah adat Bonokeling, terdapat berbagai bangunan seperti balai pesemuan untuk pertemuan, balai malang untuk meracik makanan, rumah Rama Kiai Kunci, dan kedaton.

"Saya berkunjung ke Bonokeling Desa Pekuncen. Ini adalah wujud Desa Pancasila yang ada di Kabupaten Banyumas. Kami melakukan silaturahmi dengan tokoh-tokoh pemuka adat, agama, dan tokoh masyarakat di sini. Hasilnya sangat luar biasa. Saya sangat senang bisa melaksanakan kunjungan ini," ujar Hanung setelah mengunjungi rumah adat Bonokeling.

Hanung menyatakan bahwa kunjungan seperti ini akan terus berlanjut, tidak hanya ke masyarakat adat Bonokeling dan Desa Pekuncen, tetapi juga ke desa-desa lain. Tujuannya adalah untuk bertemu dengan masyarakat dan lebih memahami acara serta prosesi sosial budaya di berbagai tempat.

"Kami berharap kunjungan ini akan terus berlanjut ke desa-desa lain, terutama di Desa Pekuncen, pada kesempatan yang lain, pada acara-acara yang lebih menarik. Ada berbagai macam ritual, budaya, prosesi, dan lain-lain yang masih akan dilaksanakan dalam beberapa bulan mendatang. Insya Allah, saya akan datang kembali," tambahnya.

Saat berada di rumah Rama Kiai Kunci, Hanung juga melakukan sungkem dan memohon doa restu kepada tokoh adat sesuai dengan aturan dan prosesi adat Bonokeling. 

Selama kunjungannya, ia juga mendengar keluhan terkait Lembaga Adat Desa (LAD) yang hingga saat ini belum memiliki landasan hukum yang jelas, sehingga dana desa tidak dapat digunakan untuk pengembangan dan pelestarian adat Bonokeling.

"Mengenai harapan ini, sudah disampaikan oleh Kepala Desa. Perda-nya sudah ada, dan akan saya dorong lebih lanjut. Pada hari Senin besok, saya akan memanggil Sekretaris Daerah dan Asisten untuk mempercepat proses ini. Saya ingin ini bergerak cepat, tanda tangan hanya memerlukan saya. Kami akan melakukan studi akademis dan teknokratis mengenai regulasi ini, sehingga kami bisa merancangnya dengan baik. Namun, saya ingin ini berjalan cepat," tegasnya.

Selama acara di Desa Pekuncen, Hanung terlihat mengenakan ikat kepala ala masyarakat adat Bonokeling. Ternyata, ikat kepala ini memiliki makna filosofis bagi masyarakat adat Bonokeling. I

ket kepala tersebut adalah simbol dari perjalanan seorang manusia, yang awalnya adalah selembar kain segiempat yang melambangkan sedulur papat lima pancer. 

Melalui prosesi, kain tersebut dilipat menjadi segitiga, mewakili nur Muhammad dan Pangeran (Tuhan). Setelah dipakai, ikat kepala tersebut disebut kakang kawah dan memiliki bentuk yang mirip jalan kelahiran bayi. 

Pengikat di belakangnya disebut wangsul, yang menandakan bahwa manusia akan kembali kepada Sang Pencipta.

Editor : EldeJoyosemito

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut