get app
inews
Aa Text
Read Next : 5 Desa di Banyumas Gelar Umbul Doa dan Yasinan untuk Pilkada yang Damai

Viral Netizen Tolak Berita Covid-19, Dosen Unsoed : Masyarakat Sulit Bedakan Berita yang Akurat

Rabu, 14 Juli 2021 | 18:18 WIB
header img
Netizen di berbagai wilayah di Karisidenan Banyumas Raya ramai ramai memposting tulisan stop upload berita yang berkaitan dengan Covid-19. (Foto: Aryo Rizki)

PURWOKERTO, iNews.id - Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto, Dr. Edi Santoso, M.Si menanggapi fenomena netizen memposting ramai ramai di grup grup media sosial untuk menolak membaca dan meng-upload berita yang berkaitan dengan Covid-19.

Menurut dia, saat ini mungkin masyarakat sudah mulai memasuki pada kondisi jenuh. Dimana pemberitaan yang terkait Covid-19 sudah sampai taraf overload, sehingga sulit membedakan mana berita yang akurat dan tidak.

"Kalau menurut saya diantaranya berita tentang Covid-19 ini sudah sampai pada taraf overload, ada overload informasi dimana masyarakat semakin sulit membedakan mana yang akurat dan yang tidak," kata Edi kepada wartawan, Rabu (14/7/2021).

Dia mengatakan jika berita yang beredar di media sosial sangat sulit diverifikasi kebenaran. Apalagi di era media sosial seperti saat ini dimana semua orang bisa membagikan informasi dan itu memunculkan mana berita fakta dan berita hoax.

"Media sosial itu sangat sulit di verifikasi, kecuali media mainstream. Di media sosial semua orang membagikan informasi dan itu memunculkan persoalan kredibilitas berita, mana yang fakta mana yang hoax, semakin sulit dibedakan," imbuhnya.

Dia mengungkapkan jika saat ini juga banyak beredar di media sosial seperti Facebook, Instragram dan Whatsapp terkait berita Covid-19 yang bernuansa negatif. Diantara seperti kabar duka, yang akhirnya memunculkan feeling mood.

"Negatif dalam pengertian kabar duka, lebih banyak kabar duka, teman kerabat yang sakit, yang meninggal, dan itu memunculkan persoalan juga yang akhirnya mempengaruhi mood, berpotensi memunculkan negatif feeling dan itu juga persoalan psikogis," ujarnya.

Sehingga adanya ajakan orang untuk tidak mengeshare informasi tentang Covid-19, menurut dia juga bisa dimaknai jika masyarakat menginginkan hanya pihak berwenang yang berkompeten untuk memberikan informasi tersebut, bukannya influencer maupun orang yang hanya mencari panggung.

"Biarkanlah yang mengeshare informasi itu adalah pihak pihak yang berwenang dan berkompeten, misalnya pemerintah yang memang punya tugas untuk itu, atau pakar yang memang kehadirannya memberikan penjelas. Bukan influencer, bukan orang orang yang sekedar punya panggung tidak punya kapasitas," ujarnya.

Pasalnya, lanjut dia dalam kondisi Indonesia seperti saat ini yang dibutuhkan adalah menjaga mood, sebagai modal mental dan spiritual.

"Karena menghadapi Covid-19 ini kita semata tidak butuh modal fisik, modal ekonomi, tapi jauh ada yang lebih penting adalah modal mental. Bayangkan jika mental kita rapuh dalam kondisi seperti ini, masyarakat secara umum, maka itu akan menambah beban pemerintah dan beban kita semua. Daya tahan ini yang harus dijaga, maka kita bisa mengerti ajakan itu terlepas dari efektif tidaknya, saya pikir hanya ajakan saja," jelasnya.

Dia mencontohkan seperti fenomena dokter Lois, dimana masyarakat awam dibuat bingung, karana mendapatkan informasi yang berbeda. Pada titik tersebut, masyarakat ditambah bingung dengan informasi yang berkaitan dengan Covid-19.

"Dia itu dokter dan bukan orang biasa dan buat orang awam ini membingungkan, ada dokter punya beground yang pendidikan kesehatan dan cara dia berargumen itu juga seolah-olah meyakinkan sebagai seorang yang mengerti tentang dunia kesehatan. Sedangkan opini semua orang berbicara tentang Covid-19 dengan fakta faktanya, dan ada orang yang berbicara dengan sudut pandang yang berbeda, dan itu juga yang menjadi beban baru bukan mencerahkan tapi malah menambah pusing orang mana yang benar," ungkapnya.

Maka dari itu dua meminta biarkanlah pihak pihak yang mempunyai wewenang yang bicara, sedangkan yang lain dapat menahan diri.

Selain itu, kemudian kondisi masyarakat juga telah mengalami tingkat kejenuhan, dimana Covid-19 sebelumnya dianggap telah sedikit melandai. Tapi saat ini malah masyarakat disuguhkan dengan kondisi yang mencengangkan, bahkan lebih menghawatirkan dibandingkan tahun lalu. Hingga akhirnya masyarakat mulai jenuh dan tidak lagi ingin membaca serta melihat berita perkembangan Covid-19.

"Secara ekonomi, misalkan orang yang sudah bertahan dengan hutang selama setahun hingga menjual aset dan berharap akan kembali recovery. Namun sekarang malah dihadapkan dengan keadaan yang menghawatirkan," ucapnya.

Dalam keadaan seperti saat ini, Pemerintah harus menunjukkan kapasitasnya, untuk memunculkan kepercayaan masyarakat terhadap berita yang benar sesuai fakta dilapangan. Pasalnya, masyarakat sudah banyak berkorban selama PPKM Darurat ini.

"Satu sisi pemerintah harus menunjukkan kapasitasnya, ini menghawatirkan karena sudah sepekan PPKM Darurat tapi angka angka capaiannya itu belum signifikan, belum ada penurunan yang signifikan. Padahal sepekan PPKM Darurat pengorbanannya luar biasa. Kalau sampai pemerintah tidak bisa sampai menunjukkan kapasitasnya, ada distras dari masyarakat itu menghawatirkan bisa menimbulkan permasalahan," jelasnya.

Pemerintah juga harus membayangkan ketika masyarakat yang memang harus di rumah sementara penghasilan mereka mungkin harian. Lalu selama sepekan itu mungkin harus berpuasa atau harus berhutang.

"Jangan dilihat orang yang punya pekerjaan tetap dia ngantor dan tidak ngantor tetap digaji penuh. Ada banyak diantara masyarakat ini yang penghasilannya harian, hari itu dia dapat duit dan hari itu untuk makan," ujarnya.

Kemudian bayangkan dengan alasan PPKM dia tidak bisa bekerja dan harus dirumah sementara sampai saat ini bantuan pemerintah belum juga turun.

"Yang saya lihat di Banyumas itu belum turun, padahal orang makan itu tidak bisa tunda," tuturnya.

 

Editor : Arbi Anugrah

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut