10 Negara Tolak Gencatan Senjata di Gaza, termasuk Tetangga Indonesia Papua Nugini Bersuara Lantang

NEW YORK, iNews.id – Majelis Umum PBB baru saja menyetujui resolusi mengenai konflik Israel-Palestina pada hari Selasa (12/12/2023). Resolusi tersebut menekankan perlunya segera dilaksanakannya gencatan senjata kemanusiaan di Jalur Gaza.

Selain mendesak agar gencatan senjata kemanusiaan diberlakukan di Gaza, resolusi tersebut juga menyoroti urgensi agar semua pihak yang terlibat dalam konflik mematuhi kewajiban mereka sesuai dengan norma hukum internasional, termasuk hukum humaniter internasional.

Baca Juga

Tentara Israel Mencuri Uang Rp851 Miliar dari Bank Palestina di Gaza, Digunakan untuk Foya-Foya 

Dalam pemungutan suara terkait resolusi yang diajukan oleh Mesir dan Mauritania, sebanyak 153 negara anggota PBB menyatakan dukungan mereka.

Di sisi lain, 10 negara, termasuk Amerika Serikat, menentang resolusi tersebut. Sementara itu, 23 negara memutuskan untuk abstain.

Berikut daftar lengkap 10 negara yang menolak gencatan senjata di Gaza yang diserukan Majelis Umum PBB dalam resolusinya, Selasa (12/12/2023):

Baca Juga

AS Tetapkan Houthi sebagai Organisasi Teroris, Houthi: Kami Tak Peduli, Amerika Teroris Sesungguhnya

1. Austria 
2. Ceko 
3. Guatemala 
4. Israel 
5. Liberia 
6. Mikronesia 
7. Nauru 
8. Papua Nugini 
9. Paraguay 10. 
10. Amerika Serikat

Gencatan senjata di Jalur Gaza saat ini sangat penting dan mendesak. Ini diperlukan untuk melindungi warga sipil dari dampak konflik, memfasilitasi penyediaan bantuan kemanusiaan, serta menciptakan peluang untuk diplomasi dan negosiasi.

Gencatan senjata di wilayah Palestina juga bermanfaat untuk mencegah eskalasi konflik lebih lanjut dan memungkinkan pemulihan ekonomi dan sosial.

Baca Juga

Hamas Hancurkan 1.000 Kendaraan Tempur Israel Selama 100 Hari Perang, Abu Ubaida: Serangan Diperluas

Hingga saat ini, berdasarkan data Kementerian Kesehatan Palestina, lebih dari 18.000 warga sipil Gaza telah kehilangan nyawa akibat serangan militer Israel yang tanpa pandang bulu sejak 7 Oktober lalu.

Editor : Sazili Mustofa