PURWOKERTO, INewsPurwokerto.id - Presiden Republik Indonesia Joko Widodo (Jokowi) melakukan groundbreaking kampus II Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP) di Sokaraja, Kabupaten Banyumas, Rabu (3/1/2024). Dalam kunjungan kerja tersebut, disebut jika kedatangan Jokowi merupakan sejarah ada seorang Presiden berkunjung ke Universitas yang ada di Kabupaten Banyumas.
"Dalam sejarah, tampaknya Presiden datang ke Universitas yang ada di Banyumas, baru kali ini, apalagi ke UMP baru kali ini," kata Rektor Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Assoc. Prof. Dr. Jebul Suroso kepada wartawan.
Jebul mengatakan jika kedatangan Presiden Jokowi untuk melakukan groundbreaking kampus II UMP merupakan kehendak yang maha kuasa. Di mana Jokowi bersedia hadir di sela-sela kunjungannya ke Cilacap Banyumas dan Banjarnegara.
Menurut Jebul, nantinya di Kampus II seluas 2 hektar ini akan dibangun 3 blok besar untuk rumpun ilmu kesehatan, kedokteran termasuk farmasi, pasca sarjana dan juga rumah sakit pendidikan UMP. Proses pembangunan untuk tiga blok tersebut sekitar 4 tahun dan tergantung anggaran. Start akhir Februari atau awal Maret menyesuaikan waktu Ramadhan dan Idul Fitri.
"Saat ini mahasiswa UMP sudah 17 ribu sekian, setiap tahun kita terima 5.000. Kampus II saja kapasitas 3.000 dan itu selalu bertumbuh, sehingga kita perlu menyediakan minimal 2.000 tambahan ruang untuk mereka, dan ini kita secara bertahap melakukan pembangunan itu," ujarnya.
Sementara menurut Presiden Jokowi, untuk pembangunan kampus II Universitas Muhammadiyah Purwokerto ini menghabiskan anggaran sekitar Rp200 miliar. Di mana dari 11 fakultas yang ada, mahasiswa di UMP terus bertambah dan memang membutuhkan gedung baru dengan 14 lantai.
"14 lantai, ini jadi tertinggi di Purwokerto. Tadi juga pak rektor bisik-bisik habisnya kurang lebih Rp200 miliar, kalau bener Rp200 miliar nanti biar dikerjakan Menteri PU, tadi desainnya juga sangat bagus," jelas Jokowi.
Selain itu, Presiden Jokowi mengingatkan jika salah satu kunci dalam pembangunan sebuah negara adalah sumber daya manusia. Terlebih di tahun 2030, Indonesia akan mendapatkan bonus demografi yang dalam peradaban sebuah negara itu hanya sekali diperoleh, untuk bisa melompatkan negara menjadi negara maju atau tidak.
"Jangan sampai kita sudah masuk ke tahun 2030-an, tapi kita belum siap, kita tidak menyiapkan diri atau apa yang harus kita kerjakan, kebutuhan skill apa, kebutuhan talent yang mana yang harus kita dahulukan, sehingga kedodoran. Sehingga kesempatan itu hilang begitu saja," jelasnya.
Oleh sebab itu, Jokowi berkali kali menyampaikan pentingnya kepemimpinan nasional di tahun 2024, 2029 dan di tahun 2034. Karena disitulah kunci menentukan negara ini bisa melompat menjadi negara maju atau tidak.
"Pimpinan nasional harus tahu membawa negara ini maju dengan cara apa, dia harus mengerti dan dia harus tahu," ucapnya.
Maka dari itu, Jokowi selalu mengingatkan untuk berhati-hati, sebab kesempatan dalam sebuah peradaban negara hanya sekali didapat.
"Kedepannya sudah kelihatan, kalau buka dan ngisinya bener dan tepat, Indonesia negara maju yang kita impi-impikan bisa kita capai," pungkasnya.
Editor : Arbi Anugrah