"Diskusi ini menjadi salah satu momen penting dalam meningkatkan pemahaman peserta tentang skabies dan langkah-langkah yang dapat diambil untuk mengatasi serta mencegah penyebarannya," jelasnya.
Dr. Ismiralda mengatakan jika gerakan masyarakat Satria Andik, dicetuskan oleh Perdoski cabang Purwokerto dengan tujuan memberdayakan masyarakat non medis untuk dapat mendeteksi dini skabies dan penyakit pedikulosis lainnya. Selain itu, mendorong upaya pencegahan penularan di lingkungan sekitar. Gerakan ini diharapkan berlansung secara terus menerus dan juga akan melakukan kaderisasi secara bertahap.
"Pondok pesantren menjadi salah satu sasaran utama, mengingat angka kejadian skabies di pondok pesantren cukup tinggi, sehingga petugas kesehatan di pondok pesantren dapat secara aktif menemukan kasus skabies untuk dapat dilakukan pengobatan di pusat kesehatan terdekat (Puskesmas/dokter umum). Kemudian juga melakukan langkah pencegahan penularan secara serentak di lingkungan pondok pesantren," ungkapnya.
Untuk selanjutnya, jelas dr. Ismiralda, kasus-kasus yang terdeteksi dapat didokumentasikan dalam bentuk laporan dan datanya akan menjadi data dasar kolaborasi penelitian yang akan dilakukan oleh Perdoski cabang Purwokerto dengan FK Unsoed. Ke depan tidak hanya pondok pesantren saja, Satria Andik ini juga akan disosialisasikan ke sekolah-sekolah, ibu-ibu PKK, kader posyandu balita dan lansia, Dinas sosial/panti asuhan/lembaga permasyarakatan dan lain – lain.
"Upaya pengentasan skabies dan pedikulosis tidak akan berhasil hanya dengan mengobati orang yang sakit saja, tetapi juga kepada orang-orang yang tinggal dalam satu tempat tinggal," jelasnya.
Selain itu, upaya lain untuk melakukan pencegahan adalah melakukan perendaman pakaian, handuk, seprai, mukena, sarung, sajadah dengan air panas selama 30 menit. Melakukan penjemuran kasur, alas tidur, sofa, karpet dan lain – lain di bawah sinar matahari dapat dilakukan sebagai langkah pencegahan.
Ia berharap, kerja sama yang baik antara masyarakat awam, tenaga kesehatan, fasilitas kesehatan, organisasi profesi, dinas kesehatan dan pemerintah, terutama dalam penyediaan obat oral untuk skabies (ivermectine) bisa menjadi bagian dari upaya eradikasi massal skabies untuk mendukung tercapainya Indonesia Bebas Skabies 2030.
Editor : Arbi Anugrah