Dalam beberapa tahun terakhir, China telah meninggalkan kebijakan non-intervensinya dalam urusan luar negeri.
Beijing kini berusaha untuk lebih memposisikan diri sebagai kekuatan perantara dalam negosiasi konflik di Timur Tengah. Tahun lalu, China merundingkan pemulihan hubungan antara Iran dan Arab Saudi.
Sejumlah pengamat menilai peran China tersebut sebagai langkah diplomatik yang berani. Para analis percaya bahwa salah satu kepentingan utama China di kawasan ini adalah melemahkan pengaruh AS.
Apalagi, Beijing kerap mengkritik operasi militer sekutu AS, Israel, di Gaza. Sebaliknya, China juga menjalin hubungan yang lebih dekat dengan musuh besar AS di Timur Tengah, yaitu Iran.
China juga tercatat sebagai pelanggan utama minyak Iran. Tahun lalu, Presiden China Xi Jinping mengatakan bahwa dia ingin memperdalam hubungan dengan Iran setelah bertemu dengan Presiden Iran Ebrahim Raisi di Beijing.
Editor : Sazili MustofaEditor Jakarta