get app
inews
Aa Read Next : Ask Ahok Anything Offline Sukses Digelar: Terima Kasih Atas Antusiasme yang Luar Biasa

Wacana Anies Berpasangan dengan Ahok di Pilkada Jakarta 2014, Mungkinkah?

Sabtu, 11 Mei 2024 | 07:53 WIB
header img
Wacana duet Anies Baswedan dan Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok dalam Pemilihan Gubernur Jakarta 2024 menjadi topik hangat. (Foto: Antara/iNews.id)

JAKARTA, iNewsPurwokerto.id - Wacana duet Anies Baswedan dan Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok dalam Pemilihan Gubernur Jakarta 2024 menjadi topik hangat. Beberapa pihak sudah mulai menilai peluang mereka untuk menduduki posisi puncak di Jakarta, yang pemilihannya akan berlangsung dalam lima bulan lagi.

Rektor Universitas Paramadina, Didik J Rachbini, turut mengomentari tentang peluang duet Anies-Ahok dalam Pilgub DKI 2024. Didik mengingatkan kembali pertarungan politik antara Anies dan Ahok di Pilgub 2017.

Dia menyatakan bahwa politik sering kali hanya seputar citra (image) dan persepsi, bukan sesuatu yang nyata. Dalam praktik politik dan proses politik di lapangan, persepsi—baik atau buruk, toleran atau radikal—dapat dengan mudah dibentuk dengan berbagai cara dan metode.

"Pertarungan politik antara Anies dan Ahok di Jakarta beberapa tahun lalu adalah tentang persepsi yang cepat menjadi kenyataan, namun juga cepat menghilang. Banyak yang khawatir kemenangan Anies akan membawa dampak negatif terhadap toleransi dan keberagaman. Pilgub Jakarta adalah salah satu yang paling keras dan tidak seharusnya terulang," ujar Didik dalam sebuah pernyataan yang diterima pada Jumat (10/5/2024).

Menurut Didik, citra dan persepsi tersebut lenyap saat Anies tampil dalam pilpres dengan dukungan dari partai-partai nasionalis. Tim suksesnya juga berasal dari kalangan nasionalis dengan latar belakang agama yang beragam. Dalam pilpres ini, tidak ada lagi pertarungan citra radikal agama atau sekuler, anti-NKRI, dan rasisme.

“Politik dan demokrasi terbuka saat ini merupakan pertanda baik, setidaknya dari sisi persepsi citra—kecuali masalah etika dan nepotisme Jokowi,” ucap Didik.

Oleh karena itu, Didik berpendapat bahwa menggabungkan Anies dan Ahok dalam politik Jakarta merupakan eksperimen yang baik dan berani untuk membersihkan citra politik dari polarisasi radikal agama atau sekuler. Radikal sekuler di sini serupa dengan radikal kiri yang anti-agama.

Didik juga berpendapat bahwa peluang Anies dan Ahok untuk bersatu sangat mungkin, karena beberapa alasan. Pertama, Anies adalah orang yang religius tapi tidak radikal seperti yang dipercayai saat Pilgub DKI sebelumnya. Kedua, Ahok memang dikenal temperamental, yang kadang dianggap tabu dalam politik, namun sebenarnya dia adalah seorang nasionalis menurut rekam jejak karier politiknya.

Ketiga, tidak ada lagi dorongan bagi mereka berdua menuju arah radikal karena Anies telah tampil dalam pilpres dengan citra nasionalis religius biasa. Keempat, Ahok juga akan dapat diterima oleh publik.

Lebih lanjut, Didik menyatakan bahwa Anies dan Ahok tentunya akan berpikir positif jika memahami ide seperti ini dari berbagai pihak yang ingin menjadikan mereka simbol persatuan.

“Anies memiliki peluang besar untuk menang di Jakarta, hampir bisa dikatakan 100 persen. Anies memiliki prestasi di Jakarta, meski juga banyak kritik. Keindahan Jakarta dan banyak hal yang telah diselesaikan juga menjadi bagian dari prestasinya. Anies juga semakin populer saat menjadi capres,” tutur Didik.

“Jika Anies tidak terlibat dalam politik dalam lima tahun ke depan, namanya akan hilang dari peredaran. Anies bukan pemimpin partai politik seperti Prabowo Subianto atau JK pada masanya. Oleh karena itu, terjun kembali ke politik Jakarta adalah peluang yang baik tidak hanya bagi karirnya tetapi juga bagi bangsa untuk 2029 nanti,” pungkasnya.

Editor : EldeJoyosemito

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut