Guo dua kali dipanggil untuk menghadiri sidang Senat tetapi tidak hadir, sehingga menyebabkan penerbitan "surat panggilan penghinaan" pada bulan Juli dan akhirnya surat perintah penangkapan dikeluarkan.
Pihak berwenang setempat, bersama dengan Dewan Anti Pencucian Uang Filipina, menuduh Guo melakukan pencucian uang sekitar 100 juta peso (sekitar USD 1,8 juta) melalui perusahaan-perusahaan ilegal tersebut.
Guo melarikan diri dari Filipina pada bulan Juli, tanpa melalui proses imigrasi, dan dilaporkan menggunakan paspor Filipina untuk bepergian melalui Malaysia dan Singapura sebelum tiba di Indonesia pada bulan Agustus.
Kasus ini menimbulkan pertanyaan tentang bagaimana Guo bisa meninggalkan Filipina meskipun ada surat perintah penangkapan yang tertunda. Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr. mengatakan bahwa pejabat yang diketahui telah membantu pelariannya akan menghadapi tuntutan.
"Kami tidak akan membiarkan kasus ini berlarut-larut, yang akan menjadi kemenangan bagi rakyat Filipina," kata Marcos kepada media lokal.
Kontroversi lainnya mengenai Guo adalah kewarganegaraannya. Meskipun Guo mengklaim sebagai warga negara Filipina asli, ada dugaan bahwa dia mungkin adalah warga negara China. Selama sidang Senat pada bulan Mei, terungkap bahwa pendaftaran kelahirannya baru diajukan ketika dia berusia 17 tahun, menimbulkan keraguan tentang keabsahan dokumennya. Beberapa senator menduga Guo mungkin telah beroperasi sebagai mata-mata untuk China.
Guo menegaskan bahwa dia adalah anak dari seorang warga negara China dan seorang pembantu rumah tangga Filipina, serta dibesarkan di sebuah peternakan babi di Bamban. Dia terus membantah semua tuduhan, menyebutnya sebagai tuduhan "jahat" dan menegaskan bahwa dia tidak bersalah.
Tim hukumnya merilis pernyataan yang menegaskan bahwa dia tetap tidak bersalah hingga terbukti sebaliknya. Kasus ini mendapat perhatian luas, tidak hanya karena sifatnya yang mencolok tetapi juga karena mengungkap potensi celah dalam sistem keamanan dan kontrol perbatasan Filipina.
Editor : Sazili MustofaEditor Jakarta