JAKARTA, iNewsPurwokerto.id - Hans Hamzah, sosok misterius di balik operasi intelijen Indonesia, adalah seorang master penyamaran. Mantan anak buah Benny Moerdani ini menguasai enam bahasa dan memiliki kemampuan membuka kunci yang luar biasa. Kisah pria berdarah Tionghoa ini bak novel mata-mata kelas dunia, penuh dengan intrik, penyamaran, dan aksi menegangkan.
Salah satu operasi paling terkenal yang melibatkan Hamzah adalah Operasi Flamboyan. Dalam operasi ini, Hamzah berhasil membongkar isi koper seorang atase militer Portugal di Bali dengan cara yang sangat cerdik. Menyamar sebagai kepala cabang maskapai penerbangan, Hamzah berhasil mengelabui sang atase dan mendapatkan akses ke dokumen rahasia.
Kisah lain yang tak kalah menarik adalah Operasi Puyuh. Dalam operasi ini, Hamzah berhasil membujuk seorang mahasiswa asing yang dicurigai sebagai mata-mata untuk mengungkapkan informasi penting. Dengan kecerdasan dan kemampuan beradaptasinya, Hamzah berhasil membongkar jaringan intelijen lawan.
Militer Indonesia, terutama TNI AD, pernah punya agen intelijen dengan kemampuan penyamaran yang luar biasa. Dia adalah Hans Hamzah, prajurit TNI AD keturunan Tionghoa yang pernah menjadi anak buah Benny Moerdani. Sosoknya misterius, bahkan di kalangan militer sendiri.
Tetapi siapa dan bagaimana sosok Han Hamzah bisa ditelusuri dari tulisan Ken Conboy, penulis buku-buku tentang sejarah militer Asia dan operasi-operasi intelijen.
“Hamzah, salah seorang dari sedikit etnis Tionghoa di Satsus Intel, mempunyai bakat berbahasa. Dia berbicara dalam enam bahasa dan ahli dalam hal membuka kunci,” kata Ken dalam buku berjudul Intel: Menguak Tabir Dunia Intelijen Indonesia.
Menurut Ken, Hans Hamzah adalah anggota Satsus Intel yang terlibat dalam operasi bersandi Flamboyan bentukan Benny Moerdani. Operasi yang dipimpin Kolonel Dading Kalbuadi ini secara khusus menargetkan koper Atase Militer Portugal Mayor Antonio Joao Soares yang datang ke Indonesia menuju Timor Timur (kini Timor Leste). Kala itu, Timor Timur merupakan koloni Portugal.
Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta