Kisah 3 Camat Srikandi Penjaga Batas Banyumas, Dihadang Warga, Angkat Rok, hingga Temukan Saudara

Menjadi pemimpin di wilayah rawan bencana bukan perkara mudah, namun bagi Camat Gumelar, Diah Rapitasari, hal itu justru membawa kebahagiaan tersendiri. Ia merasa diterima dengan penuh kehangatan oleh masyarakatnya, yang tak hanya menyemangatinya dalam tugas, tetapi juga mendukung pemulihan kesehatannya.
“Saya sangat senang sekali bisa bertugas di sini. Sungguh masyarakat di sini sangat baik, saya seperti menemukan saudara dan keluarga baru lagi. Ini support masyarakat yang membuat pemulihan kesehatan saya menjadi lebih cepat,” ujar Pepy sapaan akrabnya dengan penuh haru.
Meskipun kondisi fisiknya sempat terbatas akibat sakit, Pepy tetap bersemangat menjalankan tugasnya. Justru di tengah kesibukannya menghadapi ancaman bencana di wilayah Banyumas bagian barat, ia merasa semakin sehat dan kuat.
Kasih sayang warga terhadap camatnya begitu terasa. Mereka sering memberikan hasil panen seperti kelapa, pisang, telur rebus, labu, dan singkong setiap kali Pepy berkunjung ke desa mereka. Bahkan, doa untuk kesembuhannya selalu diselipkan dalam acara hajatan warga.
“Saya merasa sangat beruntung bisa bertugas di sini. Kecintaan masyarakatnya inilah yang membuat pemulihan sakit saya jadi lebih cepat. Kerja di sini menjadi tour of duty yang menyenangkan,” ujar Alumni STPDN angkatan XIV ini.
Dari 10 desa di wilayah kerjanya, data BPBD menunjukkan hampir semua desa di wilayah ini rawan bencana longsor dan periodik banjir 5 tahunan. Berdinas di wilayah Banyumas bagian barat dengan kondisi semua desa rawan bencana tak membuat ia yang akrab dipanggil BCG atau Bu Camat Gumelar ini patah arang. Meski awalnya ia tidak tahu wilayahnya, namun kini ia bisa memahami kondisi wilayahnya dan masyarakat bisa menerimanya. Ia mengaku bekerja sambil refreshing, menikmati perjalanan tugas sebagai penghibur hati ditengah masyarakat baru yg semedulur.
“Saya menganggap ini sebagai Kawah Candradimuka, tempat menempa diri untuk tugas-tugas saya di pemerintahan ke depan,” katanya penuh semangat.
Sebagai camat wanita, ia tidak mau kalah dengan camat laki laki. Prestasipun berhasil diraih di eranya seperti Juara 1 penanganan gratifikasi tingkat kabupaten. Ia mengatakan jika pemberian masyarakat dikelola dan dikembalikan kepada masyarakat melalui pemberian kepada korban bencana dan stunting kepada unit pengelola gratifikasi kecamatan.
Selain itu, kearsipan Kecamatan Gumelar dinilai diposisi 4 terbaik di Kabupaten Banyumas setalah diperingkat ke 2 dari bawah. Uniknya, wilayah ini juga menjadi contoh untuk pembayaran PBB.
Di sini sudah tradisi 100 persen warga membayar lunas PBB sebelum jatuh tempo, dan ini tidak terdapat didaerah lain. Namun tentunya tantangan bertugas di wilayah bencana ini membuat Pepy harus saling bahu membahu dengan masyarakat dan Forkompimcam.
“Meski saya perempuan, saya harus turun langsung ke lapangan untuk melihat lokasi bencana agar tahu keadaan masyarakat yang terkena bencana secara langsung ataupun bersama rekan di Kecamatan Gumelar. Dari sinilah saya nanti bisa meminta akses ke pihak terkait di kabupaten agar segera ditangani,” kata Pepy.
Tak dipungkiri, sebagai camat wanita termuda, BCG terus menimba kepada seniornya seperti kepada Ika Camat tambak, Santi Camat Lumbir. “Saya terus berkomunikasi dan minta bimbingan pada senior-senior saya. Insya Alloh bagi saya bekerja adalah amanah yang harus saya emban untuk kepentingan masyarakat. Semoga ini menjadi ladang amal ibadah saya dan keluarga,” tutup Pepy.
Editor : Arbi Anugrah