Dolar Naik, Harga Barang Melonjak, Ini Cara Cerdas Atur Keuangan Keluarga

Kondisi ekonomi yang tidak menentu menuntut setiap keluarga memiliki dana darurat minimal 6–12 bulan dari total pengeluaran. Simpan dana tersebut di instrumen yang mudah dicairkan, seperti reksadana pasar uang atau deposito. Untuk investasi jangka panjang, pilih aset tahan inflasi seperti emas atau saham perusahaan ekspor yang justru mendapat untung saat dolar naik. Hindari utang konsumtif, terutama dari pinjaman online atau kartu kredit.
Libatkan seluruh anggota keluarga untuk menerapkan gaya hidup sederhana. Kurangi makan di luar, manfaatkan transportasi umum, dan belilah barang sesuai kebutuhan. Buka peluang penghasilan tambahan dari kerja sampingan seperti freelance, bisnis online, atau menjadikan hobi sebagai sumber uang. Pendapatan ekstra ini bisa menjadi penyangga saat kondisi finansial keluarga sedang tertekan.
Manfaatkan program pemerintah seperti bantuan langsung tunai (BLT), subsidi listrik, atau insentif pajak yang bisa meringankan beban keuangan. Jika Anda memiliki usaha kecil, pastikan pencatatan keuangan dilakukan dengan baik agar bisa memanfaatkan pengurangan pajak atau mengakses bantuan modal usaha.
Terakhir, ajak keluarga berdiskusi tentang kondisi keuangan saat ini. Libatkan anak-anak untuk belajar menabung dan belanja bijak. Edukasi sederhana seperti mematikan listrik saat tidak dipakai atau belanja di pasar tradisional bisa membuat perbedaan besar. Semakin kompak keluarga mengelola uang, semakin kuat pula mereka menghadapi tekanan ekonomi.
Dengan strategi yang tepat, gejolak nilai tukar bukan alasan bagi dompet jebol. Sebaliknya, ini bisa jadi momen untuk memperkuat fondasi keuangan rumah tangga dan menumbuhkan budaya hidup hemat serta produktif.
Editor : Arbi Anugrah