SEDEKAH menjadi perbuatan yang mulia dan sangat dianjurkan. Namun kini menjadi pertanyaan lebih utama mana bersedekah kepada keluarga atau orang lain.
Ternyata bersedekah kepada keluarga memiliki pahala yang sangat besar. Lebih besar daripada sedekah yang diberikan kepada non-keluarga.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda :
اَلصَّدَقَةُ عَلَى الْمِسْكِيْنِ صَدَقَةٌ وَ هِيَ عَلَى ذِي الرَّحِمِ اثْنَتَانِ : صَدَقَةٌ وَ صِلَةٌ
Baca Juga: Bung Karno Selalu Berzikir dan Berdoa Usai Sholat, Begini Isi Doanya
“Bersedekah kepada orang miskin adalah satu sedekah, dan kepada kerabat ada dua (kebaikan); sedekah dan silaturrahim.” (HR. Ahmad, Tirmidzi, Nasa’i, Ibnu Majah dan Hakim, Shahihul Jami’ no. 3858)
Bahkan tergolong seutama-utamanya sedekah.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengabarkan,
دِينَارٌ أَنْفَقْتَهُ فِى سَبِيلِ اللَّهِ وَدِينَارٌ أَنْفَقْتَهُ فِى رَقَبَةٍ وَدِينَارٌ تَصَدَّقْتَ بِهِ عَلَى مِسْكِينٍ وَدِينَارٌ أَنْفَقْتَهُ عَلَى أَهْلِكَ أَعْظَمُهَا أَجْرًا الَّذِى أَنْفَقْتَهُ عَلَى أَهْلِكَ
“Ada dinar yang kamu infakkan di jalan Allah, dinar yang kamu infakkan untuk memerdekakan budak dan dinar yang kamu sedekahkan kepada orang miskin. Namun dinar yang kamu keluarkan untuk keluargamu, lebih besar pahalanya.” (HR. Muslim)
Baca Juga: Agar Puasa Ramadhan Hasilkan Pahala Sesuai Anjuran Nabi Muhammad SAW
Ustaz Ahmad Anshori, Alumni Universitas Islam Madinah dan Pengajar di PP Hamalatul Qur’an Yogyakarta menjelaskan, namun, meski sedekah kepada keluarga adalah paling afdhol, keafdholan sedekah kepada keluarga, memiliki tingkatan. Sesuai tingkat kedekatan hubungan kekerabatan dengan kita. Semakin dekat, maka semakin afdhol dan semakin berhak untuk diprioritaskan mendapatkan sedekah. Sebagaimana yang berlaku dalam pembagian harta warisan kita.
"Sementara dalam tingkat kekerabatan, adik memiliki kekerabatan lebih dekat dari pada bibi," dikutip laman Konsultasisyariah pada Kamis (24/4/2022).
Berikut ini urutan derajat kekerabatan :
Pertama, bunuwwah. Yaitu, anak, cucu dan terus ke bawah.
Kedua, ubuwwah. Yaitu, ayah/Ibu, kakek/nenek dan seterusnya ke atas.
Ketiga, ukhuwwah. Yaitu, adik/kakak (laki-laki atau perempuan), kemudian keponakan dan seterusnya ke bawah.
Keempat, ‘umumah. Yaitu, paman / bibi, anak-anak paman ataupun bibi dan seterusnya ke bawah.
(Lihat : Shahih Fikih Sunnah 3/427, Fikih Al Ahwal As Syakhsyiah Fil Miirots wal Waahiyyah hal. 106 – 107)
Dari keterangan level kekerabatan di atas, tampak bahwa kekerabatan adik lebih dekat daripada bibi. Sehingga dia berhak diprioritaskan mendapatkan sedekah kita.
Namun, jika mampu mengupayakan keduanya, tentu itu pilihan meraup pahala yang besar. Selama itu bisa bersama diupayakan, maka sebaiknya langkah tersebut ditempuh, semampu kita. Karena membantu bibi, disamping mendapat pahala sedekah, kemudian pahala menyambung silaturahmi, ada tambahan satu pahala lagi, yang sangat bergengsi jika sang bibi “tidak bersuami” maksudnya adalah janda, yaitu pahala membantu janda.
Namun jika tidak bersuami karena belum menikah, maka cukuplah hadis yang tertulis di atas, sebagai motivasi kita untuk melangkah membantu bibi, yakni memborong pahala sedekah dan silaturahmi.
Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta