Bupati Banyumas Paparkan Pengelolaan Sampah di Kuala Lumpur Sustainability Summit 2025

Tahap midstream dilakukan di pusat pengolahan berbasis komunitas, di mana sampah organik diubah menjadi kompos dan pakan maggot, sedangkan sampah anorganik diolah menjadi refuse-derived fuel (RDF) atau bahan daur ulang.
Pada tahap akhir, sisa sampah diproses dengan teknologi pyrolysis non-incineration sehingga tidak ada limbah yang tersisa di TPA.
“Hasilnya sangat signifikan. Hingga 2022, kami berhasil mengurangi timbunan sampah hingga 85 persen dan menciptakan lapangan kerja baru bagi sekitar 1.500 warga. Ini menunjukkan bahwa pengelolaan sampah tidak hanya soal lingkungan, tetapi juga berdampak ekonomi,” ujar Sadewo.
Selain mengurangi emisi metana, penggunaan RDF dan biomassa di Banyumas juga membantu menekan ketergantungan terhadap batu bara. Menurut Sadewo, inovasi ini menjadi bagian dari komitmen Banyumas dalam mitigasi perubahan iklim serta mendukung pertanian berkelanjutan melalui kegiatan kompos dan budidaya maggot.
Dalam forum tersebut, Sadewo juga mengajak negara-negara ASEAN untuk memperkuat kerja sama internasional di bidang pengelolaan sampah. “Model Banyumas dapat direplikasi oleh daerah lain di Asia Tenggara. Kolaborasi dan pertukaran teknologi akan mempercepat terciptanya kawasan yang lebih bersih dan berketahanan iklim,” katanya.
Atas berbagai inovasi tersebut, Kabupaten Banyumas telah meraih sejumlah penghargaan bergengsi, di antaranya Indonesia Green Awards, Proklim Climate Village Awards, dan program unggulan ‘Sampah Beruang’ yang masuk dalam 45 besar inovasi pelayanan publik terbaik nasional.
“Transformasi Banyumas adalah bukti bahwa kolaborasi masyarakat, teknologi inovatif, dan dukungan regulasi yang kuat dapat menciptakan perubahan nyata bagi lingkungan,”pungkas Sadewo.
Editor : EldeJoyosemito