MAU tobat tapi susah karena disebabkan banyak faktor. KH Abdullah Gymnastiar atau Aa Gym menasihatkan bahwa bisa tobat dari dosa dan kesalahan tentu keinginan banyak orang yang beriman kepada Allah Subhanahu wa ta'ala dan Rasulullah Shallallahu alaihi wassallam.
Aa Gym melanjutkan, keinginan ini terkadang menguat, tapi kadang juga melemah, atau bahkan hilang sama sekali. Ini tentu disebabkan banyak faktor.
Namun bagi kaum Muslimin yang mungkin merasa sulit bertobat, atau justru ada perasaan untuk tidak harus bertobat dan berubah, wajib berhati-hati. Hal itu bisa jadi disebabkan beberapa hal.
Apa saja hal tersebut? Berikut ulasannya, seperti dikutip dari tausiyah Aa Gym di unggahan akun Instagram-nya @aagym, beberapa waktu lalu.
1. Kesombongan dalam hati yang tidak disadari
Namanya manusia, terkadang ada saat di mana menyadari dan menyesali perbuatan buruk yang telah dilakukan. Namun di satu sisi, bisa jadi seseorang merasa hal itu tidak perlu disesali berlarut-larut.
Ketika ada pikiran tersebut, mungkin akibat godaan setan, kaum Muslimin pun harus berhati-hati. Jangan sampai itu adalah bentuk kesombongan dalam hati yang tidak disadari.
Orang sombong tentu akan sulit bertaubat dan sulit berubah. Perasaan sombong akan membuat seseorang tidak akan mengakui kesalahannya, bahkan yang terparah ia akan selalu mencari-cari pembenaran atas suatu tindakannya yang padahal jelas-jelas salah tersebut.
Selain itu, orang sombong juga tidak akan pernah bisa menangisi kesalahannya dan bertaubat, karena ia merasa bahwa ia telah melakukan yang terbaik dalam hidupnya. Naudzubillah.
2. Senantiasa merasa diri sebagai korban
Selanjutnya selain kesombongan, penyebab orang sulit bertobat dan berubah adalah karena selalu memosisikan dirinya sebagai korban atas suatu tindak kejahatan, padahal ia ada andil di dalam tindakan tersebut.
Istilah kekinian bagi orang-orang yang demikian adalah playing victim. Orang yang senantiasa playing victim akan merasa dan berpikir mengenai keburukan orang lain saja, tanpa mau melakukan muhasabah atau instrospeksi terhadap dirinya sendiri
Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta