BEBERAPA hari lalu, saya pergi menuju kediaman saudara yang berada di belakang Pasar Pon. Melintasi Underpass Sudirman, mendadak saya menatap wajah Panglima Besar asal Purbalingga yang menghiasi tembok jalan.
Perasaan bangga sekaligus terbayang pada perjuangan beliau di masa perjuangan turut serta mengiringi perjalanan saya. Bukan tanpa tujuan, selain sebagai ikon yang sesuai dengan nama jalannya, relief wajah Sudirman di UUderpass tersebut juga dibuat sebagai penghargaan pada sosok Pahlawan Nasional Indonesia.
Dengan adanya Underpass Sudirman Purwokerto di Jalan Jenderal Sudirman, tentu sangat membantu terutama dalam mengurangi tingkat kepadatan kendaraan kala kereta api melintas.
Terbayang kala dulu sebelum adanya Underpass Sudirman tersebut, terutama saat palang pintu kereta api tertutup, antrian kendaraan dari arah Timur bisa mencapai pertigaan Museum BRI Purwokerto. Semenjak dibuka pada tanggal 14 Januari 2019, pemandangan tersebut hampir tidak pernah terlihat lagi.
Suasana yang berbeda saya rasakan ketika saya kembali melintas Underpass Sudirman dari arah Barat. Pemandangan yang tidak sedap terpampang di hadapan saya dan mungkin juga dirasakan oleh pengendara lain.
Sebuah coretan pilok hitam terlihat jelas di ruang kosong dinding Underpass Sudirman. Entah siapa pelakunya yang jelas hal itu menjadi sampah di dinding Underpass Sudirman. Andai si pelaku tahu siapa sebenernya Jenderal Sudirman itu, saya rasa beliau akan segan untuk mengotori dinding tersebut.
Uniknya, seakan mirip dengan taktik perang yang digaungkan oleh Jenderal Sudirman untuk mengusir Belanda, para pelaku vandal ini juga bergerilya dalam melangsungkan aksinya.
Editor : EldeJoyosemito