Perang gerilya atau gerilya itu sendiri diartikan sebagai perang yang dilakukan secara sembunyi-sembunyi, penuh kecepatan, sabotase dan biasanya dalam kelompok yang kecil tapi sangat fokus dan efektif.
Vandalisme di dinding underpass Soedirman
Ada tiga kata kunci di sini, sembunyi-sembunyi, penuh kecepatan, dan dilakukan oleh kelompok kecil yang sangat fokus. Seperti yang kita tahu, vandalisme acap kali dilakukan secara sembunyi-sembunyi, terutama di malam hari.
Kemudian, vandalisme dilakukan secara cepat karena tak ingin diketahui orang lain. Yang terakhir, vandalisme dilakukan oleh kelompok kecil yang mereka memiliki fokus untuk menebarkan eksistensi di sudut-sudut kota.
Vandalisme sendiri menurut KBBI adalah perbuatan merusak dan menghancurkan hasil karya seni dan barang berharga lainnya" atau "perusakan dan penghancuran secara kasar dan ganas. Secara etimologi, vandalisme itu sendiri diambil dari nama bangsa, yakni Vandal.
Pada zaman Romawi Kuno, bangsa Vandal merusak kota Roma secara biadab pada tahun 455. Sekarang ini, coretan dinding atau grafiti merupakan salah satu bentuk vandal yang paling sering kita lihat di sudut-sudut kota.
Sebagai warga Banyumas, saya pribadi berharap pemerintah daerah turun tangan untuk menindak perilaku vandalisme, terlebih itu dilakukan di fasilitas umum.
Saya sendiri menyarankan untuk melihat fenomena vandalisme ini dari kacamata yang berbeda bahwa pelaku vandal yang notabene adalah kaum muda, memiliki hasrat yang tinggi untuk menuangkan ide atau inspirasinya dalam bentuk coretan.
Artinya, mereka membutuhkan ruang atau wadah dalam menampung minat dan bakat mereka. Kiranya, sebuah ajang perlombaan atau ajang menghias dinding di satu sudut kota menjadi alternatif. Niscaya mereka yang benar-benar melakukan vandal karena tak memiliki wadah akan sangat antusias mengikutinya.
Editor : EldeJoyosemito