Beruntung tidak ada pasukan Garuda yang meninggal pada kejadian itu. Hanya beberapa tentara luka ringan. Akhirnya, pasukan perdamaian dari semua negara peserta yang bertugas langsung melakukan rapat koordinasi untuk melakukan pengejaran terhadap gerombolan pemberontak tadi.
Prajurit Kopassus pernah menghadapi pasukan Gurkha asal Nepal saat konfrontasi dengan Malaysia (Ilustrasi, Foto: Penkopassus)
Ide cemerlang terbersit di kepala Pasukan Kopassus Konga III. Yakni menerapkan strategi unik dan tak lazim, menyamar jadi hantu putih. Akhirnya mereka memakai jubah putih longgar yang diberi kayu di atas kepala agar bila terkena angin maka jubah putih tersebut melambai-lambai. Tak lupa setiap personel juga memakai rantai bawang putih yang dikalungkan di leher.
Dengan naik kapal yang dihitamkan, sesampai di pinggir danau, pasukan hantu putih Kopassus meloncat berhamburan keluar dari kapal. Mereka menyerbu pos terdepan musuh. Setelah menaklukan pos itu, pasukan menyerbu ke dalam markas pemberontak.
Mendapat serangan hantu putih yang begitu mendadak, pemberontak kaget dan tertegun. Jiwa tempur mereka hilang. Mereka mengira benar-benar telah diserang hantu yang kesetanan.
Bahkan ada seorang pemberontak yang sedang membakar ayam, karena kaget digerebek satuan komando pasukan khusus Indonesia itu langsung melempar ayam bakarnya dan mengenai salah satu anggota Kopassus yang menyerbu.
Serangan berlangsung singkat namun efektif. Hanya dalam tempo 30 menit, markas pemberontak berhasil dilumpuhkan. Sebanyak 3.000 personel pemberontak berhasil ditawan beserta keluarganya.
2. Denjaka
Detasemen Jala Mangkara (Denjaka) namanya. Kini telah berusia 39 tahun. Denjaka yang merupakan pasukan elite milik TNI AL, resmi dibentuk sejak tahun 1982. Pertama kali dibentuk, nama yang tersemat bukanlah Denjaka, melainkan Pasukan Khusus AL (Pasusla).
Keberadaan Pasusla dibutuhkan guna menanggulangi beragam bentuk ancaman aspek laut, seperti terorisme dan sabotase. Seiring kebutuhan yang kian mendesak, KSAL menyurati Panglima ABRI yang isinya berkisar keinginan untuk membentuk Denjaka. Tepat pada 13 November 1984, Panglima ABRI menyetujui pembentukan Denjaka menjadi satuan antiteror aspek laut di bawah naungan Korps Marinir.
Pada tahap pertama itulah, sebanyak 70 personel dari Batalyon Intai Amfibi (Yontaifib) dan Komando Pasukan Katak (Kopaska) direkrut. Lantaran masuk kategori pasukan khusus, tak sembarang prajurit TNI AL yang bisa masuk ke dalam detasemen ini. Pendidikan yang dilalui pun ada beberapa tahap.
Pertama, prajurit Denjaka dibekali kursus penanggulangan antiteror aspek laut yang bermaterikan, intelijen, taktik dan teknik anti-teror, dan anti-sabotase. Kemudian, ada dasar-dasar spesialisasi komando kelautan dan keparaan lanjutan.
Di tahap awal, mereka akan digembleng fisik dan pikirannya selama kurang lebih 6 bulan. Kemudian, dilanjutkan dengan kursus dengan materi pemeliharaan kecakapan dan peningkatan kemampuan kemahiran kualifikasi Taifib dan Paska.
Di tahap ini prajurit Denjaka turut dibekali pemeliharaan dan peningkatan kemampuan menembak, lari dan berenang, peningkatan kemampuan bela diri, penguasaan taktis dan teknik penetrasi rahasia, darat, laut dan udara, penguasaan taktik dan teknik untuk merebut dan menguasai instalasi di laut, kapal, pelabuhan atau pangkalan dan personel yang disandera.
Editor : EldeJoyosemito
Artikel Terkait