Terdapat pula materi penguasaan taktik dan teknik operasi klandestin aspek laut, pengetahuan tentang terorisme dan sabotase, penjinakan bahan peledak, dan peningkatan kemampuan survival, pelolosan diri, pengendapan, dan ketahanan interogasi.
Untuk mendukung operasi personel Denjaka dibekali antara lain submachine gun MP5, HK PSG1, Daewoo K7, senapan serbu G36, HK416, M4, Pindad ss-1, CZ-58, senapan mesin ringan Minimi M60, Daewoo K3, serta pistol Beretta, dan HK P30 dan SIG Sauer 9 mm.
Denjaka sendiri terdiri dari satu markas zedenk detasemen, satu tim markas, satu tim teknik dan tiga tim tempur.
Pasukan Denjaka (Foto: TNI AL)
Sebagai unsur pelaksana, prajurit Denjaka dituntut memiliki kesiapan operasional mobilitas kecepatan, kerahasiaan dan pendadakan yang tertinggi. Berdasarkan peraturan Panglima TNI Nomor Perpang/77/X/2010 tentang Persetujuan dan Pengesahan Peningkatan kepangkatan dalam Jabatan di Lingkungan Korps Marinir diputuskan Komandan Denjaka berpangkat Kolonel.
Denjaka adalah salah satu pasukan elite TNI yang memiliki keunggulan dan kemampuan khusus. Pasukan TNI AL yang memiliki nama lengkap Detasemen Jala Mangkara ini telah berpengalaman dalam sejumlah operasi penanggulangan aksi terorisme.
Kisah heroik Denjaka yang dibentuk pada 4 November 1982 ini salah satunya terlibat dalam operasi pembebasan Kapal MV Sinar Kudus dan para ABK WNI yang disandera perompak Somalia pada 2011.
Setelah penyanderaan berlangsung 46 hari, pasukan siluman satuan gabungan antara personel Kopaska dan Taifib Korps Marinir TNI AL bersama Kopassus, Kopaska dan Kostrad ini berhasil membebaskan Kapal MV Sinar Kudus. Empat dari puluhan bajak laut dilumpuhkan pasukan yang tergabung dalam Tim Satgas Merah Putih.
Operasi pembebasan di laut yang merupakan operasi jarak jauh pertama bagi pemerintah Indonesia dan TNI ini dilakukan setelah Kapal MV Sinar Kudus dibajak perompak Somalia di Kepulauan Seychelles, Somalia. Kapal milik PT Samudera Indonesia Tbk itu dikuasai secara paksa tepatnya pada 16 Maret 2011.
Kapal MV Sinar Kudus saat itu membawa 20 anak buah kapal (ABK) serta 8.911 ton feronikel yang akan dikirimkan ke Rotterdam, Belanda. Namun, dalam perjalanan, kapal dibajak di Perairan Somalia, di sekitar 350 mil laut tenggara Oman. Pada 17 Maret 2011, kabar pembajakan kapal berbendera Indonesia diterima Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Editor : EldeJoyosemito
Artikel Terkait