Pemuda Radikal
Zawahiri awalnya melanjutkan tradisi keluarga, membangun klinik medis di pinggiran kota Kairo, tetapi segera menjadi tertarik pada kelompok-kelompok Islam radikal yang menyerukan penggulingan pemerintah Mesir. Ketika Jihad Islam Mesir didirikan pada tahun 1973, dia bergabung.
Pada tahun 1981, dia ditangkap bersama dengan ratusan tersangka anggota kelompok lainnya setelah beberapa anggota kelompok berpakaian tentara, membunuh Presiden Mesir Anwar Sadat selama parade militer di Kairo. Sadat telah membuat marah para aktivis Islam dengan menandatangani kesepakatan damai dengan Israel.
Tak hanya itu, Sadat juga menangkap ratusan pengkritiknya dalam tindakan keras keamanan sebelumnya. Selama persidangan massal, Zawahiri muncul sebagai pemimpin para terdakwa dan difilmkan mengatakan kepada pengadilan, "Kami adalah Muslim yang percaya pada agama kami. Kami mencoba untuk mendirikan negara Islam dan masyarakat Islam."
Meskipun dia dibebaskan dari keterlibatan dalam pembunuhan Sadat, Zawahiri dihukum karena kepemilikan senjata secara ilegal, dan menjalani hukuman tiga tahun. Menurut sesama tahanan Islam, Zawahiri secara teratur disiksa dan dipukuli oleh pihak berwenang selama berada di penjara di Mesir.
Penyiksaan brutal itu menjadi pengalaman traumatis yang dikatakan telah mengubahnya menjadi seorang ekstremis yang fanatik dan kejam. Setelah dibebaskan pada tahun 1985, Zawahiri berangkat ke Arab Saudi.
Segera setelah itu, dia menuju Peshawar di Pakistan dan kemudian ke negara tetangga Afghanistan, di mana dia mendirikan faksi Jihad Islam Mesir saat bekerja sebagai dokter di negara itu selama pendudukan Uni Soviet.
Zawahiri mengambil alih kepemimpinan Jihad Islam Mesir setelah muncul kembali pada 1993, dan merupakan tokoh kunci di balik serangkaian serangan oleh kelompok tersebut terhadap menteri pemerintah Mesir, termasuk Perdana Menteri Atif Sidqi.
Kampanye kelompok untuk menggulingkan pemerintah dan mendirikan negara Islam di negara itu selama pertengahan 1990-an menyebabkan kematian lebih dari 1.200 orang Mesir.
Pada tahun 1997, Departemen Luar Negeri AS menobatkannya sebagai pemimpin kelompok Vanguards of Conquest, faksi Jihad Islam yang diduga berada di balik pembantaian turis asing di Luxor pada tahun yang sama. Dua tahun kemudian, dia dijatuhi hukuman mati secara in absentia oleh pengadilan militer Mesir karena perannya dalam banyak serangan kelompok itu.
Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta
Artikel Terkait