Bupati mencontohkan, dirinya pada tahun 1992 pernah divonis mengidap penyakit liver. "Divonis tinggal tunggu waktu. Karena parah, saya harus istirahat total," kisahnya.
Suatu hari, lanjutnya, dirinya mendapat informasi dari seorang teman, sambil memberikan kliping koran tentang pengobatan herbal di Bogor. Dari situ, Bupati berusaha mengobati penyakitnya melalui pengobatan herbal.
"Singkat cerita, saya mengkonsumsi obat-obatan herbal setiap hari. Setiap pagi, siang hingga sore saya meminum air rebusan ramuan herbal, di antaranya ada temulawak dan daun kencing manis yang dikeringkan. Saya campur irisan gula aren. Sekali minum satu gelas besar,” ujarnya.
Untuk makannya, setiap hari makanannya berupa bubur dan telor. “Alhamdulillah sampai sekarang saya sehat. Padahal aktivitas saya sangat padat, dari pagi, siang, sore bahkan sampai malam hari. Saya terus menjaga stamina, agar tetap sehat dan semangat mengabdi untuk masyarakat Tegal. Saya sangat yakin dan mantap dengan pengobatan herbal," jelasnya.
Untuk itu, Bupati menegaskan, UPTD WKJ Kalibakung sebagai satu-satunya di Jawa Tengah dan merupakan proyek unggulan Pemerintah Kabupaten Tegal, ke depan akan dimaksimalkan perannya.
Selama ini, diakui keberadaan UPTD WKJ Kalibakung kurang dikenal luas oleh masyarakat, dan masyarakat sekitar belum diberdayakan untuk memasok berbagai kebutuhan tanaman obat, seperti temulawak, jahe, kumis kucing, kunyit, kencur, sereh, lengkuas, kapulaga dan sebagainya.
Kebutuhan tanaman obat UPTD WKJ Kalibakung, 65 persen berupa simplisa atau tanaman obat yang sudah dikeringkan dipasok dari Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat (B2P2TOOT) Tawangmangu-Karanganyar, dan 35 persen sisanya menanam sendiri.
Untuk itu, dia mengajak kepada para petani di Kalibakung khususnya, berminat membudidayakan tanaman jamu dengan memanfaatkan lahan pekarangan rumah atau kebun menjadi lahan pertanian holtikultura dan tanaman herbal.
Editor : EldeJoyosemito
Artikel Terkait