Aziz mengungkapkan, proses pengerjaan Museum Virtual Ahmad Tohari didukung oleh Program Indonesiana di bidang dokumentasi karya dan pengetahuan maestro. Selain Indonesiana, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) serta Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) Kementerian Keuangan (Kemenkeu).
"Harapan kami nanti juga bisa dapat dukungan dari Pemkab Banyumas atau lembaga-lembaga lain yang punya kepedulian terhadap seni dan kebudayaan di Indonesia," jelasnya.
Rencananya, lanjut Aziz, Museum Virtual Ahmad Tohari akan di launching pada pertengahan Februari 2023 di Gedung Soetedja Purwokerto. Saat ini kolektif seni di Banyumas yang terlibat dalam pengerjaan museum virtual Ahmad Tohari tengah mengolah arsip serta manggarap film dokudrama tentang fase-fase kehidupan AT.
"Bentuk yang ditemukan misalnya foto Ahmad Tohari waktu dia lagi mendapatkan pendidikan di Iowa Amerika, kemudian surat-surat pribadi Ahmad Tohari kepada istrinya serta anak-anaknya. Tentu saja pengumpulan karya lengkap AT baik novel, kumpulan cerpen, esai baik dalam bahasa Indonesia maupun yang telah diterjemahkan ke berbagai bahasa," ujarnya.
Penggarapan film dalam Museum Virtual Ahmad Tohari disutradarai oleh Zen Al Ansory yang telah melahirkan karya-karya film fiksi. Film pertamanya adalah Tauhid Dalam Hati dan film pendek pertamanya, yakni Kunjungan Spesial (A Special Visit) yang berhasil diputar pertama kali di Singapore International Film Festival pada program country spotlight untuk 7 film dari Indonesia dan Jogja-Netpac Asian Film Festival.
Dalam penggarapan film di Museum Virtual Ahmad Tohari akan ada empat film yang nantinya bercerita tentang masa kanak-kanak hingga Ahmad Tohari mulai menekuni menulis sastra. Pendekatan estetik di film akan dibumbui dengan pantomim yang menggambarkan perjalanan hidup Ahmad Tohari. Termasuk saat Ahmad Tohari menulis karya magnum opusnya, Ronggeng Dukuh Paruk.
Editor : Arbi Anugrah
Artikel Terkait